25/03/23

Tadabbur al-Quran (3): Memahami Manusia dalam al-Quran: Penciptaan Manusia [by Kholid Al Walid]

Menyaksikan makhluk baru yang di ciptakan Allah SWT dengan keanehan penggabungan antara unsur langit dan unsur bumi, unsur ruhani dan unsur materi, unsur mulia dan unsur hina. Menimbulkan kebingungan malaikat. Malaikat adalah makhluk yang Allah SWT ciptakan dari unsur ruhaniah dengan akal yang bekerja pada diri mereka.

Apakah ini tidak akan menimbulkan kegaduhan sekiranya unsur-unsur yang bertentangan tersebut disatukan? Logika akal menyatakan, jika dua hal yang bertentangan akan terjadi tanaqudh (pertentangan); itulah pikiran logis yang terlintas dalam benak malaikat yang diabadikan Alquran.

 ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana; sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah [2]:30)

Umumnya, mufassirin menggambarkan ini merupakan pertanyaan Malaikat kepada Allah SWT atas perbuatan Allah SWT mencipta Adam as. Bahkan, sebagian menyebutkan adanya makhluk sebelum manusia yang melakukan kerusakan dan pertumpahan darah, sehingga dengan pengalaman itu malaikat mempertanyakan Allah SWT. 

Namun pembacaan ini ditolak Ibn Arabi. Menurutnya bahwa bagaimana mungkin Malaikat yang 'di paket' untuk patuh dan tunduk dapat 'menggugat' Allah SWT. Satu hil yang mustahal. Bagi Ibn Arabi, itu logika yang terlintas pada Malaikat tentang bercampurnya hal-hal yang kontradiktif pada satu diri akan menimbulkan efek kerusakan dan pertumpahan darah. Dan apa sesungguhnya rahasia Allah membuat makhluk kontradiktif seperti ini yang pasti akan menentang Allah, sementara kami para Malaikat diciptakan selalu dalam keadaan tunduk. Allah SWT memahami betul lintasan logika para malaikat dan Allah menegaskan: "Sesungguhnya Aku memiliki ilmu yang kalian tidak mampu mencapainya."

Dengan bacaan seperti itu, Ibn Arabi memahamkan pada kita bahwa akal Malaikat tak mampu membaca hakikat manusia yang begitu kompleks. Sedangkan diri mereka berada pada tingkat yang terbatas.

وَمَا مِنَّآ اِلَّا لَهٗ مَقَامٌ مَّعْلُوْمٌۙ

(Malaikat berkata,) “Tidak satu pun di antara kami, kecuali masing-masing mempunyai kedudukan tertentu. (Aṣ-Ṣāffāt [37]:164)

Malaikat yang terbatas akan sangat kesulitan memahami makhluk yang serba mencakup seperti manusia. Sebagaimana juga manusia tak mampu memahami "Kemutlakan dan ketidakterbatasan Allah SWT".

Ikhwan al-Shafa menggambarkan sangat menarik tentang rasa penasaran Malaikat ini:

"Betapa pun jeli para malaikat mencermati Adam, mereka tidak tahu jenis realitas serba meliputi seperti apa dia. Tapi Iblis, sang penipu, pernah berjalan-jalan di sekelilig Adam. Dengan kerlingan satu matanya, dia melihat mulut Adam terbuka. Katanya "Tunggu saja, kini aku temukan jalan untuk memecahkan masalah kita. Aku akan memasuki lubang ini dan melihat tempat macam apa ini. Ketika Iblis masuk dan berjalan-jalan di dalam tubuh Adam, dia dapati tubuh itu laksana dunia kecil. Seluruh yang ada di dunia besar ada padanya."

Kita pun sendiri sesungguhnya takjub jika menyadari hal ini. Betapa Allah SWT menyiapkan proses penciptaan kita. Dalam sebagian riwayat proses penciptaan Adam as memakan waktu tujuh ribu tahun. Begitu dahsyatnya manusia. *** (bersambung)

Kholid Al-Walid adalah Dosen Filsafat STAI Sadra Jakarta dan Pengasuh Kajian Tasawuf MISYKAT TV