Satu tokoh asal Jawa Barat yang sangat cendikia dan agamawan adalah Jalaluddin Rakhmat. Akrab dipanggil Kang Jalal. Ia pada bulan Februari tahun 2021 di satu pekan yang sama, saat wabah Covid-19, bersama istri tercinta Euis Kartini dipanggil Ilahi. Sungguh wafat yang indah bersama-sama, sehidup semati, menuju Surga.
Sosok Kang Jalal adalah pribadi istimewa. Ia pembelajar yang luar biasa, terutama sejak mahasiswa. Ia terlahir dari keluarga NU, aktif di Muhammadiyah dan Ia pun menjadi tokoh yang mendirikan IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia).
Sebuah kenangan sejarah seorang cendikiawan muslim wafat bersama istri tercinta, beriringan. Kang Jalal adalah sosok ulama, cendikiawan, pakar komunikasi dan pembawa ajaran cinta. Betapa pentingnya cinta dalam kehidupan manusia. Bahkan wafatnya pun beriringan dengan Si Cinta, istrinya.
Seolah Kang Jalal membawa pesan cinta, sampai bertemu Ilahi menuju Surga dalam wafatnya. Hidup harus dilandasi cinta dan khidmat pada sesama. Kang Jalal punya komitmen yang kuat dalam mewujudkan persaudaraan sesama, dengan landasan cinta.
Kang Jalal sering mengutif pendapat sahabat Ali bin Abi Thalib yang mengatakan, “Manusia itu ada dua golongan, yaitu golongan yang bersaudara dalam satu agama, dan golongan yang bersaudara sesama ciptaan Tuhan.” Sungguh indah bila kita semua punya landasan cinta karena seagama dan karena sesama manusia ciptaan Allah.
Cinta dan kasih sayang adalah esensi dari prinsip ajaran Islam rahmatan lil amin. Sungguh indah bila semua umat manusia saling menguatkan cinta dan persaudaraan. Tokoh yang mengusung cinta, kasih sayang dan persaudaraan tentu akan sangat membawa adem kebangsaan.
Berbeda dengan tokoh yang menyuarakan ajaran agama dengan narasi nyinyir dan kebencian. Entitas pemeluk agama akan mencitrakan agama yang dianutnya. Padahal setiap agama tidak mengajarkan nyinyir dan kebencian atau radikalisme. Setiap agama mengajarkan cinta dan kasih sayang.
Kang Jalal telah mengajarkan misi kemanusiaan dengan memanusiakan orang lain tanpa batas. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Cinta dan kasih sayang adalah energi yang harus dominan dalam jiwa manusia beragama. Kang Jalal meletakan cinta sesama pada tempat tertinggi.
Kang Jalal termasuk ulama yang pluralis sebagaimana sahabatnya Gus Dur. Kepada sahabat dan jamaahnya Ia mengatakan, “Jika kita ingin menyebarkan pluralisme di kalangan kaum Muslim atau di kalangan umat beragama, maka hendaknya dengan menggunakan dalil-dalil agama”. Beragama harus punya jiwa pluralis.
Allah SWT dalam al-Quran surat al-Hujurat ayat 13, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah, ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal.”
Kang Jalal mengatakaan, “Seorang pluralis adalah orang yang mengakui adanya banyak jalan menuju Tuhan. Lewat jalan yang beragam itu, masing-masing pemudik disemangati oleh etos bermusabaqoh dalam kebajikan. Rahmat Tuhan yang tak terbataslah yang nantinya akan menentukan mana yang terbaik di antara pemudik itu, tanpa memandang perbedaan agama dan golongannya”.
Kang Jalal menjelasakan bahwa ajaran agama itu membawa persatuan dan persaudaraan bukan perpecahan. Apa pun dinamika dan keragaman yang dihadapi umat manusia dan umat beragama, semua umat manusia harus bersatu dan bersaudara. Tidaklah heran Kang Jalal sangat mementingkan spirit cinta dalam setiap diri manusia.
Terimakasih Kang Jalal yang sudah memberikan warna dengan lisan, tulisan dan berbagai giatnya. Dalam bukunya yang berjudul “Dahulukan Akhlak di Atas Fikih", memberi pencerahan dan cubitan terkait akhlak pada pembacanya dan umumnya kita semua. Kang Jalal adalah contoh pembelajar sepanjang hayat. Akhlak berlandas cinta kasih spirit nur Ilahi. ***