16/04/22

Belajar Tasawuf: Al-Istiqomah (Keteguhan Hati) [by Dr Kholid Al Walid]

Al-Istiqomah bermakna keteguhan. Dalam konteks tasawuf dihubungkan dengan keteguhan hati atau ketetapan jiwa menuju Allah. 

Berkaitan dengan Al-Istiqomah ini ada beberapa manzilah. Manzilah Pertama adalah keteguhan dalam kesungguhan melakukan kestabilan, tidaklah bertentangan dengan ketentuan ilmu, tidak juga melebihi batas ikhlas serta tak bertentangan dengan ketentuan Sunnah. Ini tingkat keteguhan pemula berusaha berada pada jalur yang moderat di antara dua titik ekstrim dan wajib bagi pemula untuk berusaha selalu menyeimbangkan keadaan ini. Sekiranya dirinya terjebak pada titik ekstrim maka gugurlah proses ruhani dirinya dan menjadi batal manzilah keteguhan baginya.

Tidak bertentangan dengan ketentuan ilmu secara zhahir, baik logika umum masyarakat dan juga ketentuan syariat. Tidak terlepas dari batas ikhlas sehingga menyebabkannya menjadi riya' dan ujub. Artinya pada tingkat ini hendaklah salik secara teguh beramal sesuai dengan kapasitas dirinya. Sekiranya lebih dari batas tersebut akan menyebabkan dirinya jatuh pada kondisi riya' dan ujub tersebut. Tidak bertentangan dengan ketentuan Sunnah bahwa salik dalam menjalankan amalnya bukanlah karena dorongan dirinya dan keinginannya. Karena dorongan diri dan keinginan adalah tiupan setan padanya, tetapi dia beramal sesuai ketentuan fikih yang diikutinya. Karena ibadah adalah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang menetapkan Ketentuan.

Manzilah Kedua adalah Keteguhan bagi kalangan khusus (al-ahwal) yaitu penyaksian hakikat yang bukan dihasilkan, menolak setiap pernyataan tanpa pengetahuan, berdiam bersama cahaya kesadaran tanpa penjagaan. Penyaksian hakikat karena tajallinya hakikat. Dalam kondisi ini secara eksistensial tidak ada diri penyaksi. Dengan mata hakikat dia menyaksikan hakikat sehingga bagaimana mungkin ada ruang bagi usaha yang dapat dilakukannya untuk dapat menyaksikan hakikat.

Apalagi mengeluarkan beragam pernyataan tentang dirinya, sedangkan pada dirinya tidak tersisa apa pun. "Tidaklah ada padamu dari persoalan itu sesuatu" (QS 3:128) dan "Sesungguhnya persoalan itu seluruhnya untuk Allah" (QS 3:154). Tinggal bersama cahaya kesadaran karena cahaya hakikat akan menjaga dirinya dalam keterjagaan dan kesadaran bukanlah dirinya yang menjaga kesadarannya.

Manzilah Ketiga adalah keteguhan dalam meninggalkan pandangan keteguhan dan dengan menghilangkan upaya keteguhan pada penyaksian tegaknya al-Haqq serta terang benderangnya keagungan-Nya. Pada tingkat yang paling khusus ini keteguhan dalam upaya menghilangkan pandangan terhadap keteguhan itu sendiri mengingat ketika semua itu lenyap, maka hadirlah penyaksian haqiqat al-Haqq dan tenggelam segala sesuatu selain-Nya. Lenyap juga segala upaya yang selama ini secara teguh dilakukan dan seluruh usaha menjadi tidak bermakna apa pun. Penyingkapan haqiqat al-Haqq menghadirkan cahaya mutlak Ilahi yang menghilangkan seluruh apa pun selain al-Haqq itu sendiri dalam maqam ahadiyah-Nya. ***

Kholid Al Walid adalah Doktor lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengasuh Program Belajar Tasawuf di YouTube Misykat TV