Al-Istiqomah bermakna keteguhan. Dalam konteks tasawuf dihubungkan dengan keteguhan hati atau ketetapan jiwa menuju Allah.
Berkaitan dengan Al-Istiqomah ini ada beberapa manzilah. Manzilah Pertama adalah keteguhan dalam kesungguhan melakukan kestabilan, tidaklah bertentangan dengan ketentuan ilmu, tidak juga melebihi batas ikhlas serta tak bertentangan dengan ketentuan Sunnah. Ini tingkat keteguhan pemula berusaha berada pada jalur yang moderat di antara dua titik ekstrim dan wajib bagi pemula untuk berusaha selalu menyeimbangkan keadaan ini. Sekiranya dirinya terjebak pada titik ekstrim maka gugurlah proses ruhani dirinya dan menjadi batal manzilah keteguhan baginya.
Tidak bertentangan
dengan ketentuan ilmu secara zhahir, baik logika umum masyarakat dan juga
ketentuan syariat. Tidak terlepas dari batas ikhlas sehingga menyebabkannya
menjadi riya' dan ujub. Artinya pada tingkat ini hendaklah salik secara teguh
beramal sesuai dengan kapasitas dirinya. Sekiranya lebih dari batas tersebut
akan menyebabkan dirinya jatuh pada kondisi riya' dan ujub tersebut. Tidak
bertentangan dengan ketentuan Sunnah bahwa salik dalam menjalankan amalnya bukanlah
karena dorongan dirinya dan keinginannya. Karena dorongan diri dan keinginan
adalah tiupan setan padanya, tetapi dia beramal sesuai ketentuan fikih yang
diikutinya. Karena ibadah adalah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan
yang menetapkan Ketentuan.
Manzilah Kedua adalah
Keteguhan bagi kalangan khusus (al-ahwal) yaitu penyaksian hakikat yang
bukan dihasilkan, menolak setiap pernyataan tanpa pengetahuan, berdiam bersama
cahaya kesadaran tanpa penjagaan. Penyaksian hakikat karena tajallinya hakikat.
Dalam kondisi ini secara eksistensial tidak ada diri penyaksi. Dengan mata hakikat
dia menyaksikan hakikat sehingga bagaimana mungkin ada ruang bagi usaha yang
dapat dilakukannya untuk dapat menyaksikan hakikat.
Apalagi mengeluarkan
beragam pernyataan tentang dirinya, sedangkan pada dirinya tidak tersisa apa pun.
"Tidaklah ada padamu dari persoalan itu sesuatu" (QS 3:128) dan "Sesungguhnya
persoalan itu seluruhnya untuk Allah" (QS 3:154). Tinggal bersama cahaya kesadaran
karena cahaya hakikat akan menjaga dirinya dalam keterjagaan dan kesadaran
bukanlah dirinya yang menjaga kesadarannya.
Manzilah Ketiga adalah keteguhan
dalam meninggalkan pandangan keteguhan dan dengan menghilangkan upaya keteguhan
pada penyaksian tegaknya al-Haqq serta terang benderangnya keagungan-Nya. Pada
tingkat yang paling khusus ini keteguhan dalam upaya menghilangkan pandangan
terhadap keteguhan itu sendiri mengingat ketika semua itu lenyap, maka hadirlah
penyaksian haqiqat al-Haqq dan tenggelam segala sesuatu selain-Nya. Lenyap juga
segala upaya yang selama ini secara teguh dilakukan dan seluruh usaha menjadi
tidak bermakna apa pun. Penyingkapan haqiqat al-Haqq menghadirkan cahaya mutlak
Ilahi yang menghilangkan seluruh apa pun selain al-Haqq itu sendiri dalam maqam
ahadiyah-Nya. ***
Kholid Al Walid adalah Doktor lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengasuh Program Belajar Tasawuf di YouTube Misykat TV