Sekarang masuk pada manzilah ketiga dari Manzilah al-Bidayat dalam kitab Manazil al-Sairin, yaitu Manzilah Inabah (kembali).
"Dan kembalilah
kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya..."(QS 39:54).
Perbedaan mendasar di antara Taubat dan Inabah, bahwa Taubat kembali kepada Allah setelah penentangan. Sedangkan Inabah kembali kepada Allah tanpa melakukan penentangan sebelumnya. Sehingga Manzilah al-Inabah lebih tinggi dari Manzilah Taubat.
Ada tiga Manzilah di
dalam Manzilah al-Inabah. Manzilah Inabah yang pertama adalah
kembali kepada al-Haqq sebagai perbaikan seperti (pada Manzilah Taubat) kembali
kepada Allah sebagai permohonan maaf. Bahwa seorang Salik pada tingkat ini
berupaya untuk memperbaiki dan menyempurnakan amal-amal yang telah dia kerjakan
juga ketaatannya kepada Allah SWT. Dan upaya Kembali kepada Allah ini dengan
perbaikan melalui tiga hal. (1) Keluar dari tabiat, yang dimaksud adalah keluar
dari seluruh dosa yang dilakukan terhadap Allah SWT dengan memperbanyak
istighfar dan berusaha untuk memohon maaf kepada sesama manusia atas keburukan
perilaku atau kezaliman yang pernah terjadi terhadap mereka. (2) Merasakan
derita, penyesalan dan menangisi kesalahan yang pernah dikerjakan, merasakan
kesedihan atas kesalahan bathin dan atas keburukan perilaku orang yang ada di
sekitarnya dan menghadirkan rasa sayang atas mereka. (3) Menghadirkan kembali
yang hilang; dengan melaksanakan qadha atas kewajiban-kewajiban yang pernah
ditinggalkan seperti shalat, puasa, zakat dan lainnya.
Sekarang manzilah kedua dari
Manzilah Inabah, yaitu hendaklah kembali kepada-Nya dengan menunaikan utang dan
janji sebagaimana (pada Manzilah Taubat) kembali kepada-Nya dengan
mengikat janji. Upaya untuk kembali kepada-Nya dengan menunaikan janji melalui
tiga jalan. (1) Melepaskan dan meninggalkan kenikmatan dosa. (2) Meninggalkan
kebersamaan dengan orang-orang lalai khawatir atas pengaruh mereka dan mudahnya
diri kita terpengaruh. (3) Menjadi pelayan orang-orang yang menempuh jalan
menuju Allah untuk mengobati penyakit bathin dan keburukan yang ada di dalam
diri dengan pelayanan dan khidmat.
Manzilah Inabah
yang ketiga adalah kembali kepada-Nya melalui kondisi Salik
(Haal) sebagaimana (pada Manzilah Taubat) kembali kepada-Nya dengan jawaban
atas panggilan-Nya. Yang dimaksud adalah kembali kepada-Nya dengan kondisi
yang membuat-Nya ridha terhadap Salik. Upaya ini dilakukan melalui tiga hal.
(1) Tidak lagi bergantung pada amal perbuatan; bahwa amal-amal kebaikan yang dilakukan
tidaklah memadai untuk mendekati-Nya. Bahkan kebaikan sesungguhnya juga berasal
dari-Nya, "Dan Allahlah yang menciptakannya dan apa-apa yang kamu
kerjakan" (QS 37:96) dan "Dialah yang memperjuangkan kamu di daratan
dan di lautan" (QS10:22). (2) Kebergantungan pada kelemahan diri di
hadapan-Nya; kesadaran bahwa amal perbuatan tidak berarti banyak maka tidak ada
yang dapat dibanggakan bahwa yang ada pada diri semata kefakiran. (3)
Menantikan percikan cahaya kelembutan-Nya semata; bahwa hanya cahaya kelembutan
dan kasih-Nya yang dapat mengangkat diri Salik mendekati-Nya.[]
Dr Kholid Al-Walid adalah
Dosen Filsafat di STFI Sadra, Jakarta