26/03/23

Manzilah Inabah [by Kholid Al Walid]


Sekarang masuk pada manzilah ketiga dari Manzilah al-Bidayat dalam kitab Manazil al-Sairin, yaitu Manzilah Inabah (kembali).

"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya..."(QS 39:54).

Perbedaan mendasar di antara Taubat dan Inabah, bahwa Taubat kembali kepada Allah setelah penentangan. Sedangkan Inabah kembali kepada Allah tanpa melakukan penentangan sebelumnya. Sehingga Manzilah al-Inabah lebih tinggi dari Manzilah Taubat. 

Ada tiga Manzilah di dalam Manzilah al-Inabah. Manzilah Inabah yang pertama adalah kembali kepada al-Haqq sebagai perbaikan seperti (pada Manzilah Taubat) kembali kepada Allah sebagai permohonan maaf. Bahwa seorang Salik pada tingkat ini berupaya untuk memperbaiki dan menyempurnakan amal-amal yang telah dia kerjakan juga ketaatannya kepada Allah SWT. Dan upaya Kembali kepada Allah ini dengan perbaikan melalui tiga hal. (1) Keluar dari tabiat, yang dimaksud adalah keluar dari seluruh dosa yang dilakukan terhadap Allah SWT dengan memperbanyak istighfar dan berusaha untuk memohon maaf kepada sesama manusia atas keburukan perilaku atau kezaliman yang pernah terjadi terhadap mereka. (2) Merasakan derita, penyesalan dan menangisi kesalahan yang pernah dikerjakan, merasakan kesedihan atas kesalahan bathin dan atas keburukan perilaku orang yang ada di sekitarnya dan menghadirkan rasa sayang atas mereka. (3) Menghadirkan kembali yang hilang; dengan melaksanakan qadha atas kewajiban-kewajiban yang pernah ditinggalkan seperti shalat, puasa, zakat dan lainnya. 

Sekarang manzilah kedua dari Manzilah Inabah, yaitu hendaklah kembali kepada-Nya dengan menunaikan utang dan janji sebagaimana (pada Manzilah Taubat) kembali kepada-Nya dengan mengikat janji. Upaya untuk kembali kepada-Nya dengan menunaikan janji melalui tiga jalan. (1) Melepaskan dan meninggalkan kenikmatan dosa. (2) Meninggalkan kebersamaan dengan orang-orang lalai khawatir atas pengaruh mereka dan mudahnya diri kita terpengaruh. (3) Menjadi pelayan orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah untuk mengobati penyakit bathin dan keburukan yang ada di dalam diri dengan pelayanan dan khidmat. 

Manzilah Inabah yang ketiga adalah kembali kepada-Nya melalui kondisi Salik (Haal) sebagaimana (pada Manzilah Taubat) kembali kepada-Nya dengan jawaban atas panggilan-Nya. Yang dimaksud adalah kembali kepada-Nya dengan kondisi yang membuat-Nya ridha terhadap Salik. Upaya ini dilakukan melalui tiga hal. (1) Tidak lagi bergantung pada amal perbuatan; bahwa amal-amal kebaikan yang dilakukan tidaklah memadai untuk mendekati-Nya. Bahkan kebaikan sesungguhnya juga berasal dari-Nya, "Dan Allahlah yang menciptakannya dan apa-apa yang kamu kerjakan" (QS 37:96) dan "Dialah yang memperjuangkan kamu di daratan dan di lautan" (QS10:22). (2) Kebergantungan pada kelemahan diri di hadapan-Nya; kesadaran bahwa amal perbuatan tidak berarti banyak maka tidak ada yang dapat dibanggakan bahwa yang ada pada diri semata kefakiran. (3) Menantikan percikan cahaya kelembutan-Nya semata; bahwa hanya cahaya kelembutan dan kasih-Nya yang dapat mengangkat diri Salik mendekati-Nya.[] 

Dr Kholid Al-Walid adalah Dosen Filsafat di STFI Sadra, Jakarta