Allah SWT melengkapi manusia dengan beragam perangkat untuk hidup di dunia dan menjadi jalan kembali menuju-Nya. Satu di antara perangkat itu adalah fitrah.
Fitrah dapat bermakna suci atau mencipta. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw, "Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah..." Demikian juga Allah menyebutkan:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ جَاعِلِ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًاۙ
Namun yang dimaksud fitrah di sini adalah elemen yang ada pada diri manusia yang didapat tanpa proses belajar dan ada pada semua manusia pada setiap zaman. Siapa pun dia dan kapan pun dia lahir, fitrah itu sudah ada pada dirinya.
Apa fungsi elemen ini? Menuntun dan mendorong manusia pada kebaikan, kesempurnaan, dan mengingatkan manusia kepada Allah SWT.
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ
وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ
Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Ar-Rūm [30]:30)
Melalui fitrah Ilahi, fitrah pada manusia hadir. Agama yang Allah SWT hadirkan sesungguhnya merupakan wujud eksternal dari fitrah itu sendiri.
Kecenderungan seluruh manusia pada kebaikan, keindahan, kemuliaan, kesucian, pengetahuan, dan kesempurnaan merupakan unsur fitriah yang dengan itu manusia dituntun untuk menghadirkannya dalam kehidupan.
Seandainya Allah SWT tidak menurunkan agama, maka fitrah sebenarnya mencukupi untuk membimbing manusia pada nilai-nilai utama tersebut. Kehadirannya pada diri manusia bagaikan “nabi” yang selalu mengingatkan, mendorong, dan menuntun. Di mana pun manusia itu berada, sekalipun hidup di kedalaman hutan yang tak tersentuh peradaban, akan kita dapati mereka memiliki budaya dan aturan hidup yang baik, bahwa mereka percaya adanya hal-hal yang ghaib dan memiliki ritual-ritual khusus untuk menghubungkan diri mereka dengan penguasa ghaib.
Ia bagaikan cahaya dalam diri manusia. Adakalanya cahaya itu terang benderang, kadang sedang. Adakalanya cahaya itu temaram, yang kadang tidak lagi mampu menerangi, bahkan hampir saja mati.
Perilaku manusia yang bertolak belakang dari fitrah, membuat fitrah itu tidak lagi bersinar. Jika sudah demikian, maka manusia dapat berubah menjadi syaitan.
"Mengapa kalian berpaling dari jalan
menuju-Nya?
Padahal dihadapan kalian Dia bentangkan Shirat-Nya
Dan pelita cahaya-Nya ada pada diri
kalian"