30/03/23

Manazil al-Sairin: Manzilah Kesederhanaan

"Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman" (QS 11:86). Bahwa apa yang ada padamu dari kebaikan dan kesalehan lebih utama daripada seluruh harta dunia yang dimiliki. Kesederhanaan adalah hilangnya dorongan keinginan dari segala sesuatu secara total. Yaitu hilangnya keterikatan pada segala sesuatu.  

Ada tiga Manzilah pada Kesederhanaan. Manzilah pertama, kesederhanaan dalam hal yang subhah (setelah meninggalkan yang haram) menjauhkan diri dari peringatan, meningkatkan hal yang kurang, dan menjauhkan diri bersama para perusak (al-Fusaaq). Kesederhanaan dari hal yang subhah, yaitu segala sesuatu yang seakan halal namun ada keraguan padanya dengan menjauhkan diri darinya. Melakukan hal yang halal adalah ketentuan agama namun yang menghindari yang subhat adalah keindahan diri.

Perbuatan yang subhat akan menyebabkan peringatan karena berujung pada yang haram. Meningkatkan hal yang kurang di sisi Allah yaitu baik dalam kesederhanaan keterikatan kepada selain Allah dengan berupaya melepaskan hati dari mereka sekalipun dapat menimbulkan keburukan dihadapan makhluk. Juga dalam ibadah berupaya meningkatkan baik dalam kuantitas maupun kualitas. Menjauhkan diri dengan para perusak karena para perusak dorongan dan kecenderungan hati mereka adalah memiliki dan menguasai dunia. Hubungan dengan mereka hanyalah sebatas kebutuhan bukan sebagai sahabat karena kecenderungan dan syahwat mereka akan ikut mempengaruhi hati yang bersamanya. 

Manzilah kedua, yaitu Kesederhanaan dalam kemuliaan-Nya, bertambahnya keluarbiasaan pada kekuatan dengan terpenuhinya penyanggah kebersamaan (al-Waqt), hilangnya kegalauan dan bertajallinya kondisi para Nabi dan Shidiqqin. Yang dimaksud Syaikh kesederhanaan dalam kemuliaan-kemuliaan yaitu dengan mengembalikan bahwa Pemiliki semua kemuliaan itu adalah al-Haqq bukan dirinya dan dirinya tidak berhak untuk menampilkannya. Karena dirinya tidak memiliki apa pun.

Dengan bertambah dekatnya dirinya dengan al-Haqq (Penyanggah kebersamaan atau Imarah al-Waqt) bertambah pula beragam kekuatan dan kedahsyatan yang terjadi pada dirinya dan hal tersebut pada saat yang sama harus dia kendalikan dan tidak mengganggu dirinya dalam kebersamaan dirinya dengan al-Haqq. Keistimewaan dan karamah seringkali menyebabkan Salik gagal dalam upaya ruhaniahnya untuk mencapai derajat kebersamaan dengan al-Haqq.

Kesederhanaan pada semua hal tersebut adalah kondisi dan keadaan para Nabi dan Shidiqqin sehingga sekiranya dirinya dapat bertahan dalam menempatkan dirinya pada hakikat asli dirinya sebagai zat yang faqir maka sifat-sifat para Nabi dan Shidiqqin akan muncul pada sifat dirinya. "Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS 4:69). 

Manzilah Ketiga yaitu Kesederhanaan terhadap Kesederhanaan dan dia terdiri dari tiga hal: merendahkan kesederhanaan yang dilakuka, kesamaan keadaan pada apa pun yang ada, meninggalkan penyaksian yang diperoleh menuju lembah hakikat. Yang dimaksud Syaikh Kesederhanaan terhadap kesederhanaan adalah menjadikan Kesederhanaan yang dilakukan bukanlah sesuatu yang bernilai.

Merendahkan kesederhanaan menyadari bahwa upaya dirinya membatasi dan menjauhkan beragam hal bahwa hal yang dijauhkan tersebut memang tidak bernilai dan berarti dibandingkan keagungan Allah. Keadaan yang sama baik ketika sesuatu itu jauh darinya atau dekat dengannya, karena apapun selain Allah tidak nilai apapun. Karenanya dekat ataupun jauh dari apapun itu tidak mempengaruhi dirinya. Yang dimaksud Syaikh Kesederhanaan terhadap Kesederhanaan adalah menjadikan Kesederhanaan yang dilakukan bukanlah sesuatu yang bernilai.

Merendahkan kesederhanaan menyadari bahwa upaya dirinya membatasi dan menjauhkan beragam hal bahwa hal yang dijauhkan tersebut memang tidak bernilai dan berarti dibandingkan keagungan Allah. Keadaan yang sama baik ketika sesuatu itu jauh darinya atau dekat dengannya, karena apapun selain Allah tidak nilai apapun. Karenanya dekat ataupun jauh dari apapun itu tidak mempengaruhi dirinya.[] 

Dr Kholid Al-Walid adalah dosen STFI Sadra, Jakarta