26/03/23

Tadabbur al-Quran (4) Memahami Manusia dalam al-Quran: Mengajarkan Nama-nama kepada Adam [by Dr Kholid Al Walid]

Teka-teki Malaikat terjawab ketika Allah SWT mengajarkan seluruh Nama-nama pada Adam as.

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!” (Al-Baqarah [2]:31)

Allah SWT mengajarkan nama-nama kepada Adam as, Nama apa yang dimaksud di sini terjadi perbedaan pandangan. Paling tidak ada tiga pendapat. Pertama bahwa yang dimaksud dengan nama-nama tidak lain adalah nama-nama beragam benda. Pendapat ini umum termasuk di beragam terjemahan al-Qur'an. Pandangan ini dikritik banyak Mufassirin di antaranya Thabatabai dalam Tafsir al-Mizan. Apa artinya nama benda-benda? Nama benda bersifat i'tibari dan tidak ada gunanya bagi malaikat. 

Thabatabai cenderung pada makna kedua, yaitu segala cabang ilmu pengetahuan dan rahasia dari alam semesta yang tidak mampu di jangkau oleh para Malaikat karena pada ayat berikut Allah SWT menjelaskan bahwa Malaikat tidak memiliki potensi untuk mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. Mereka tidak dibekali dorongan untuk menggali lebih jauh, mereka hanya mendapat dari apa hang diberikan Allah SWT pada mereka saja.

قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]: 32)

Malaikat tidak dibekali potensi untuk mencari sesuatu yang belum diketahui. Karena pada diri malaikat tidak ada unsur nafsu sebagai pendorong untuk mendapatkan sesuatu lebih jauh. Jadi, ketika malaikat ditantang untuk menjelaskan beragam hal di luar dari apa yang mereka ketahui maka mereka tidak mampu.

Sementara Adam as memiliki potensi untuk mencari dan mendapatkan ilmu tanpa batas. Karenanya, dengan segera Adam as dapat menjelaskan seluruh nama-nama yang diminta Allah SWT.

قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?” (Al-Baqarah [2]: 33)

Namun pendapat ketiga dari kalangan sufi seperti Ibn Arabi dan lainnya memandang bahwa nama-nama yang dimaksud adalah nama-nama Ilahi sebagai eksistensi kesempurnaan. Karena seluruh nama-nama Ilahi itu ada pada diri Adam. Sedangkan Malaikat hanya mewakili salah satu nama semata dari nama-nama Ilahi, maka Malaikat tidak mungkin mampu menjelaskan semua. Sedangkan Adam as, karena seluruh nama ada pada dirinya, maka dia memilki kemampuan untuk menyampaikan semuanya.

Abdurrahman Jami komentator Ibn Arabi yang sangat ternama menggambarkan:

"Kemudian Allah mengajari Adam nama-nama semuanya. Diberikan pengertian tentang sifat esensi-Nya. Kemudian Dia berkata kepada para Malaikat "Sebutkan kepada-Ku nama-nama ini", mereka tak lagi bersikap tak pantas, masing-masing mengakui ketidakmampuannya sendiri. "Kami hanya mengetahui apa yang telah Engkau ajarkan, kami hanya memahami apa yang Engkau berikan. Ciptaan kami adalah hasil karya-Mu, pengetahuan kami hanyalah Rahmat-Mu. Di luar itu kami tidak mengetahui. 

Kemudian untuk kedua kalinya Dia membuat seruan itu, kali ini kepada Adam: "Sebutkan nama-nama itu kepada-Ku, nama-nama yang dengannya Engkau tampakkan diri, sebab Engkau mengetahui segala rahasia mereka."

Atas perintah Allah, Adam berbicara dan menyebutkan nama-nama itu satu demi satu. 
Sebab, bagi segala sesuatu Adam adalah keseluruhan yang lainnya adalah bagian. Segala bagian tercakupi dalam keseluruhan, sedangkan keseluruhan tak tercakupi dalam bagian. Tak satu pun bagian yang mampu memahami keseluruhan, tapi bagian tak mampu memahami keseluruhan.

Pada Adam terkandung keseluruhan nama-nama Ilahi dan malaikat hanya mewakili bagian-bagian tertentu dari nama-nama Ilahi. *** (bersambung)

Dr Kholid Al-Walid adalah Dosen Filsafat STAI Sadra Jakarta dan Pengasuh Kajian Tasawuf MISYKAT TV