28/03/23

Manzilah Kasihan (al-Isyfaq) [by Kholid Al Walid]

 "Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa kasihan (akan diazab)" (QS 52:26).

Kasihan adalah perasaan khawatir yang terus menerus diiringi rasa sayang bahwa karena rasa sayang terhadap dirinya maka akan memunculkan rasa kasihan akan rusaknya dirinya karena akibat dari tindakan yang salah yang dilakukannya. 

Manzilah pertama adalah kasihan terhadap diri yang cenderung pada pengingkaran. Keadaan diri yang seperti ini adalah keadaan diri yang sakit. Salik haruslah sedih dan kasihan terhadap keadaan dirinya yang masih berada pada tingkat yang rendah seperti ini. Dia masih berada pada tingkatan al-Nafs al-Amarah, "Sesungguhnya Nafsu Amarah itu cenderung mengajak pada keburukan" (QS 35:53). Kesedihan pada perbuatan yang berakhir sia-sia. Betapa banyak amal yang dilakukan nya pada akhirnya tidak diterima Allah SWT dan tidak ada manfaat yang dihasilkan. Amal-amal yang banyak selama ini tidak lebih bagaikan debu yang ditiup angin. Kesedihan atas tindakan orang-orang disekitarnya karena tahu akibat yang akan dialami. Kesedihan yang timbul akan perilaku orang-orang di sekitarnya yang perilaku dan tindakan mereka  justru akan menjerumuskan diri mereka pada kehancuran di akhirat kelak. Kesedihan yang muncul karena rasa sayang terhadap mereka disertai pengetahuan akan akibat yang ditimbulkan oleh orang-orang yang disayangi tersebut. 

Manzilah Khusus, yaitu kasihan terhadap kelalaian waktu dalam perpisahan, terhadap hati yang dipenuhi gangguan, terhadap keyakinan yang muncul karena sebab. Kasihan terhadap kelalaian waktu dalam perpisahan bahwa selama ini terlalu banyak waktu-waktu yang terlewati dan diri Salik disibukkan untuk hal selain perhatian pada al-Haqq dan senang dengan kondisi yang justru memisahkan dirinya dengan al-Haqq. Kesenangan yang justru membahayakan ruhaninya. Terhadap hati yang sering kali diikat oleh rasa pada selain Allah yang mengganggu hubungan dirinya dengan Allah. Padahal Allah berkata, "Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya" (QS 33:4). Atau segala sesuatu yang mengganggu hatinya dalam hubungannya dengan al-Haqq. Ahli Yaqin adalah mereka yang telah bertawakal penuh pada setiap keputusan Allah. Dia hanya melakukan apa yang diperintahkan Allah pada dirinya dan memutuskan pandangannya dari sebab-sebab dari akibat yang dia terima dan alami. Karena hal tersebut menyebabkan dirinya bersandar pada sebab untuk mendapatkan akibat dan bukan bersandar pada Allah terhadap apapun yang Allah inginkan terjadi pada dirinya. 

Pada Manzilah yang lebih khusus, yaitu kasihan atas diri yang diliputi oleh ujub, perhatian makhluk dan upaya keras murid untuk menjaga dirinya. Bahwa seorang Salik harus mengasihani diri yang masih diliputi Ujub yang menunjukkan lemahnya pandangannya terhadap Allah. Bahwa kebaikan dan kesalehan yang terjadi padanya karena taufik dan petunjuk Allah bukan berasal dari usaha dirinya.

Kebersamaan dirinya dengan hamba Allah lainnya khususnya pelaku keburukan seringkali menjadi jebakan bagi rusaknya kondisi ruhaninya karena seringkali ketika bersama mereka muncul perasaan lebih baik, lebih shaleh dari mereka. Keadaan murid yang berusaha luar biasa dengan segala usahanya untuk menghindarkan diri dari adalah ujub itu sendiri yang patut dikasihani. Karena pengerahan usaha diringa menunjukkan lemahnya kebergantungannya dengan al-Haqq. Makna-makna tentunya pada Manzilah yang sangat khusus. [] 

Dr Kholid Al-Walid adalah Dosen STAI Sadra, Jakarta