31/03/23

Manazil al-Sairin, Manzilah Ketertarikan (al-Raghbah)


Ketertarikan (al-Raghbah) lebih bersifat hakiki di atas harapan. Harapan adalah keinginan yang ingin diwujudkan sedangkan ketertarikan adalah jalan ruhani untuk mewujudkan. Harapan adalah sesuatu yang masih bersifat keinginan dan terwujudnya hanyalah bersifat kemungkinan. Sedangkan ketertarikan objeknya sudah jelas dan telah ditempuh untuk meraih objek tersebut.

Pada manzilah awal ketertarikan adalah ketertarikan yang muncul dari ilmu dan melahirkan kesungguhan dalam upaya penyaksian, salik terpelihara dari ketertarikan yang meruntuhkan dirinya, dan menjaga pemiliknya dari mengambil hal-hal yang bersifat keringanan.

Yang dimaksud pada manzilah ini bahwa pemilik ketertarikan karena pengatahuan ketentuan syariah dan ketentuan batiniah maka ketertarikan untuk mendapatkan penyaksian batiniah dan hal ini melahirkan kesungguhan yang luar biasa bagi dirinya untuk melepaskan segala sesuatu yang menghalangi mewujudkan ketertarikannya tersebut. Karena ketertarikannya tersebut hilang segala ketertarikannya pada selainnya dan menjaga dirinya dari kesia-siaan. Karena ketertarikan yang luar biasa maka salik tidak lagi sekadar ingin mengambil hal-hal yang boleh tetapi yang seharusnya dia lakukan.

Manzilah kedua ketertarikan bagi mereka pemilik maqom dengan melihat seluruh usaha yang dilakukan tidak lebih sebagai benih. Kesungguhan yang ada tidak lebih sebagai hal yang tidak memiliki nilai, upaya menanggalkan selain dari tujuannya kecuali semata petunjuk. Menurut Syaikh bahwa para pemilik maqom mereka sudah tidak lagi melihat bahwa upaya kerasnya selama ini memiliki arti karena tak berarti dengan tajalli yang disaksikannya. Mengingat keagungan tajalli itu sendiri begitu dahsyatnya. Karenanya usaha dan pengorbanan yang demikian banyak yang dilakukannya tidak lebih adalah kebaikan yang dilakukan al-Haqq terhadap dirinya. Hasil dari upaya mewujudkan keinginannya bukanlah dari dirinya, tapi Allah lah yang menggerakkannya sehingga upaya mencapai tujuan tersebut adalah tindakan Tuhan dalam upaya ruhaniahnya.

Manzilah ketiga untuk ketertarikan para ahli syuhud, mendapat kemuliaan bersama pemilik ketakwaan, terkandung padanya kesungguhan dalam kebaikan (al-naqiyyah). Tidak ada lagi ketakwaan melebihi batas tersebut. Ahli syuhud pada tingkat ini adalah syuhud hakiki bukan sekadar syuhud Af'ali/Makhluki. Bahwa ketertarikannya tidak lagi bersifat individual, kesadarannya bahwa seluruh apa yang ada tidak lain adalah wajah dan tajjali-Nya. Keberadaan dirinya adalah bagian penyempurnaan semua yang ada. Pada tingkat ini seluruh kesungguhan telah terlampaui karena mereka adalah Shohibul Manzilah dan bukan Ahwal. Sehingga semua bagian dari apa yang muncul dari dirinya adalah hakikat kebaikan itu sendiri. Ketakwaan dalam makna keterjagaan dirinya dalam hakikat penyaksian telah terlampaui sehingga yang terjadi dirinya berada dalam perjalanan diantara dan bersama al-Haqq (Safar Ketiga).[]

Dr Kholid Al-Walid adalah dosen filsafat STAI Sadra, Jakarta