01/04/23

Manazil al-Sairin: Manzilah Bercengkrama dan Pemeliharaan


Ketika terbuka hijab pembatas alam ghaib terpancarlah cahaya al-Haqq pada hati dan memantul kepada jiwa. Hati tertuju pada martabat (al-Hadrah) Ketuhanan karena terbukanya mata bathin (Ayn al-Basirah). Jiwa menjadi terdidik dalam ketaatan. Sehingga hati mulai bercengkrama dengan al-Haqq karena kuatnya keyakinan, tampilnya percikan kemesraan (al-Uns) dengan terbitnya cahaya kesucian (al-Quds). Jiwa mengikuti hati yang memunculkan katenangan dan naik menuju maqamnya. Terbukalah seluruh indra bathinnya.

"Lalu mereka tidak memeliharanya dengan peliharaan yang semestinya” (QS 57: 27). Ayat berbicara tentang para rahib. Kerahiban sesungguhnya adalah tasawuf dalam versi Islam. Yaitu mereka yang mengharapkan keridhaan Allah sama seperti tujuan tasawuf pada tingkat awal. Karena ini bentuk teguran pada mereka karena tidak memelihara diri mereka maka kita pun wajib melakukan pemeliharaan sebagaimana mestinya. Karenanya keterpeliharaan Manzilah Pemeliharaan ini dengan petunjuk Ilahi. Bahwa Inayah Ilahi Azalli yang menjadi pelindung seorang Salim untuk mampu menjaga kedudukannya.

Manzilah Pertama adalah Pemeliharaan Amal Perbuatan dengan memenuhi dan mengecilkannya, melakukan tanpa melihatnya, menjalankannya dalam jalan pengetahuan bukan dalam mengindahkannya. Yang dimaksud adalah memperbanyak amal yang dilakukan dan menganggap apa yang dilakukan bukanlah hal yang bernilai dan bukan hal yang memiliki keutamaan. Imam Khomeini berkata, “Dalam hal kebaikan lihatlah orang yang lebih Sholeh darimu.”

Amal dan perbuatan yang dilakukan harus dilupakan dari ingatan sehingga hati tidak lagi merasa aman dengan amal baik yang telah dilakukan. Setiap amal perbuatan yang dilakukan hendaklah didasarkan ketentuan syariat dalam batas-batasnya bukan dalam upaya untuk terlihat luar biasa sehingga melakukan amal perbuatan yang terkesan berlebihan dan akan menjadi sumber tumbuhnya rasa ujub.

Manzilah Ketiga adalah Pemeliharaan Waktu. Hendaklah diam dalam garis yang diharuskan melupakan garis dengan mensucikan diri dari tradisi, naik dari pengakuan kemurnian. Yang dimaksud dengan Pemeliharaan waktu adalah kesadaran dan kebersamaan dengan al-Haqq. Bahwa Salik harus menjaga seluruh adab dihadapan al-Haqq dan berjalan menuju-Nya melalui jalan rahasia yang diinginkan-Nya. Dalam upaya untuk sampai pada penyatuan dengan al-Haqq dirinya harus memurnikan dari segala ketentuan-ketentuan yang selama ini dijaganya. Karena ketika dirinya masih menjaga ketentuan tersebut maka hal tersebut masih menjadi hijab baginya. Kemudian dirinya harus melupakan penyajiannya pada maqom Sifat hingga dengan itu ia dapat sampai pada penyajian Zat.[]

Dr Kholid Al-Walid adalah Dosen STAI Sadra, Jakarta