Soal: Apakah bersedekah kepada non-Muslim berpahala?
Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka. (HR Al-Baihaqi)
Berikut ini hadis-hadis tentang kecintaan kepada Ahlulbait as. Dalam hadis-hadis dinyatakan bahwa kecintaan kepada Ahlulbait as sebagai dasar keislaman, bentuk kecintaan kepada Rasulullah saw, dan tanda nilai kebaikan tertinggi.
Ada lagu lama yang bila didengarkan kembali memberi kebahagiaan tersendiri. Saya tidak tahu apakah perkara natalan termasuk lagu lama itu. Saya bayangkan saudara saya sebangsa yang beragama Nasrani memperhatikan kami kaum Muslimin. Tersenyumkah mereka, memaklumi, atau muncul sebersit tanya? Setiap tahun mengucapkan 'Selamat Natal' dan tidak selalu jadi kontroversi. Ibarat lagu lama, ia mengiang mengingatkan. Sayang, saya belum pernah membaca bagaimana perasaan dan komentar mereka tentang lagu lama itu.
Profesor Muahmmad Quraish Shihab, penulis Tafsir Al-Mishbah dan mantan Menteri Agama menyampaikan penjelasan tentang selamat natal. Penjelasan disampaikan dalam program Tafsir Al-Misbah di Metro TV, Ramadan 1435 Hijriah episode Surah Maryam Ayat 30-38. Berikut ini transkrip penjelasannya:
Saya duga keras persoalan ini hanya di Indonesia. Saya lama di Mesir. Saya kenal sekali. Saya baca di koran, ulama-ulama Al Azhar berkunjung kepada pimpinan umat kristiani mengucapkan selamat Natal.
Soal: Apakah dibolehkan orang Islam mengucapkan Selamat Natal atas kelahiran Nabi Isa as?
Jawaban: Pertanyaan yang senada pernah diajukan kepada Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah rahimahullah, seorang ulama rujukan di Lebanon dan penulis Tafsir Min Wahy Al-Quran. Dengan pertanyaan, bagaimana kita merayakan hari lahir Sayyid al-Masih (Nabi ‘Isa as)?
Siapa yang dimaksud dengan Syiah? Sebelum berusaha menjelaskannya, terlebih dulu perlu digarisbawahi bahwa kelompok Syiah pun menamai diri mereka sebagai Ahlussunnah, dalam pengertian bahwa mereka juga mengikuti tuntunan Sunnah Nabi dan memang semua kaum Muslim harus mengakui dan mengikuti Sunnah Nabi Muhammad saw, karena tanpa mengikutinya, seseorang tidak dapat menjalankan secara baik dan benar ajaran Islam.
Beredar informasi bahwa Kaum Muslim Syiah Imamiyah yang dikenal pengikut Ahlulbait (Keluarga Nabi Muhammad saw) tidak bersumber dari agama Islam. Sudah mafhum bahwa sumber agama Islam itu Al-Quran dan Hadis Baginda Nabi Muhammad Saw.
Dalam hadis terbagi dalam dua jalur. Pertama adalah hadis dengan jalur riwayat dari Sahabat dan Ummul Mukminin (istri-istri Rasulullah saw). Kedua adalah hadis degan jalur riwayat dari Keluarga Rasulullah saw yang disebut Ahlulbait. Kaum Muslim Syiah dalam urusan hadis lebih banyak mengikuti jalur Ahlulbait karena mengikuti hadis tsaqalain dari Rasulullah saw yang menyebutkan agar berpegang pada Itrah Ahlulbait Rasulullah saw setelah Al-Quran. Juga dalam hadis disebutkan Ahlulbait yang diikuti adalah dua belas orang (yang disebut Imam oleh pengikut Syiah). Meski begitu tidak menutup kemungkinan dalam kajian tentang ibadah dan akhlak para ulama Syiah banyak merujuk hadis-hadis dari jalur riwayat Sahabat dan Ummul Mukminin.
Ketahuilah pengikut Ahlulbait dalam prinsip keislaman merujuk pada hadis dari jalur Ahlulbait sehingga berbeda dengan rujukan hadis rukun Islam dari jalur sahabat yang dipegang kaum Sunni atau Ahlus Sunnah. Meski beda jalur riwayat hadis, ternyata rukun Islam antara Sunni dan Syiah banyak memiliki kesamaan.
Seseorang telah mengirimkan pertanyaan sebagai berikut: (1) Siapakah pertama kali yang merumuskan konsep Ushuluddin (Tawhid, Nubuwwah, Imamah, 'Adl, dan Al-Maad) sebagai prinsip keyakinan (aqidah) Mazhab Syiah Itsna Asyariyah?, (2) Mohon berikan sumber/referensi tentang Ushuluddin, baik dari Alquran maupun Hadis dari jalur Aimmah as, terkait dengan konsep ushuluddin tersebut?, (3) Bagaimana sikap Aimmah (Imam-imam Syiah) terhadap sahabat Abubakar, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, dan Aisyah atau Ummul Mukminin (istri-istri Nabi)?
Soal: Olah raga keras, seperti gulat dan tinju memancing insting yang brutal. Bagaimanakah hukum Islam mengenai permasalahan ini?
Soal: Beberapa orang tidak meyakini jilbab yang digunakan oleh beberapa wanita, dan perlunya mengenakan gaun (kebaya), bagaimana pendapat Anda?
Tanggal 26 Rajab diyakini sebagai hari wafat Abu Thalib bin Abdul Muthalib ra. Paman Nabi Muhammad Saw dan ayah Imam 'Ali bin Abi Thalib ra. Di antara hal yang diperselisihkan adalah tentang keimanan Abu Thalib ra. Ulama mazhab Syiah sepakat mengenai keimanannya dan tidak kafir.
Dalam pengantar buku Islam Syiah, Asal Usul dan Perkembangannya yang ditulis oleh Allamah M.H. Thabathaba’i, profesor studi Islam di Universitas George Washington Amerika Serikat, Seyyed Hossein Nasr, 79, mengatakan ada lima prinsip agama atau ushuluddin Islam Syiah, yaitu
Soal: Beberapa orang meyakini bahwa sepakbola merupakan suatu permainan yang melatih kaki, tapi melumpuhkan pikiran karena permainan bola menjauhkan pemain dari bekerja dan berpikir. Bagaimana pandangan Anda?
Soal: Apa pendapat Anda mengenai cara baru dalam membaca ayat-ayat Al-Quran dengan tujuan menghasilkan pengaruh lebih besar, misalnya bacaannya mirip lagu (yang diiringi musik)?
Tentang Pengharaman Mut’ah Pada Hari Khaibar
Salah satu persoalan fikih antara sunni-syiah adalah masalah hukum mutah. Ulama syiah sepakat akan halalnya nikah mut’ah berdasarkan al-Quran dan sunnah Rasulullah saaw dan ahl al-baitnya. Sedangkan ulama sunni menyatakan bahwa nikah mut’ah pernah dihalalkan, tetapi kemudian diharamkan oleh Rasulullah saaw. Tapi anehnya, Husein al-Musawi al-Kadzab yang mengaku mujtahid ini, membuat fatwa tanpa dasar dan argumentasi yang utuh dengan mengharamkan nikah mut’ah hanya dengan menggunakan satu hadits yang sempat ditemukannya di dalam kitab syiah. Yaitu hadits yang coba dipopulerkan olehnya dan oleh para pengikutnya yang diriwayatkan oleh Imam Ali as, tentang pengharaman nikah mut’ah pada hari Khaibar. Untuk itu, mari kita bahas hadits tersebut sehingga menjadi jelas bagi kita semua keadaannya.
Husain Al-Musawi Al-Kadzab Memalsukan Hadits Tentang Mut’ah
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta” (Q.S. an-Nahl : 105).
Rasulullah saaw memerintahkan al-Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat kepada kaum al-Harts bin Dlirar al-Khuzai yang telah memeluk Islam. Tetapi di tengah jalan, al-Walid merasa gentar dan kembali kepada Nabi Muhammad saaw dengan membuat laporan palsu bahwa al-Harts dan kaumnya tidak mau membayar zakat bahkan ingin membunuhnya. Mendengar laporan ini Rasulullah saaw mengutus utusan lagi untuk memperjelas persoalannya sebelum mengambil tindakan tegas. Hasilnya, ternyata al-Walid berdusta kepada Rasulullah saaw tentang al-Harts dan kaumnya. Peristiwa ini diabadikan Allah dengan menurunkan Q.S. al-Hujurat : 6, “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. al-Hujurat: 6)
Husein al-Musawi memanipulasi ayat al-Quran tentang sikap kebencian Fatimah Zahra as atas kelahiran Imam Husain as
Tuhan berfirman dalam al-Quran mengingatkan kita untuk tidak berdusta, "Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta” (QS an-Nahl: 105).
Ayat di atas memberikan ancaman keras bagi para pendusta, terutama berdusta atas nama Tuhan. Husein al-Musawi ternyata telah membuat dirinya dilumuri kedustaan melalui bukunya tersebut. Telah kita perhatikan bersama, bagaimana hebatnya taktik Husein al-Musawi untuk mengelabui pembaca dengan memotong-motong riwayat-riwayat dari kitab-kitab AhlulBait sehingga riwayat tersebut menjadi tidak sesuai dengan teks asli dan maksud periwayatan. Tetapi tidak hanya sampai di situ, Husein al-Musawi rela memotong-motong ayat al-Quran (yang terselip di dalam sebuah hadits) untuk mengelabui pembacanya, sehingga mengubah maknanya dan menjadikan ayat itu sebagai hadits. Mari kita buktikan kedustaan yang dilakukan oleh Husein al-Musawi al-Kadzab.
Dengan merujuk kepada bukti-bukti sejarah, kita akan mengetahui bahwa setelah syahadah Sayidah Zahra as, Imam Ali menikah dengan beberapa wanita dan mempunyai anak dari pernikahan itu. Ketiga nama anaknya itu sama dengan nama-nama ketiga khalifah.
Nama-nama mereka adalah Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib yang merupakan anak dari Laila putri Mas’ud Tsaqafi[i], Utsman yang merupakan anak dari Ummu Banin. Kedua putra Imam Ali ini syahid di medan Karbala dalam rangka membela saudaranya, Imam Husain as[ii]. Dan putra ketiga Imam Ali As adalah ‘Umar.[iii]
Dalam mengkaji sebab-sebab kesamaan nama putra-putra (Baginda Ali ini) dengan nama seseorang hal itu dapat ditinjau dari beberapa sisi:
Al-Hakim meriwayatkan hadis serupa dari Ummu Salamah yang berkata, "Di rumah saya turun ayat yang berbunyi 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya'. Lalu Rasulullah saw mengirim Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, dan kemudian berkata, 'Mereka inilah Ahlul Baitku.'" Kemudian, al-Hakim berkata, "Hadis ini sahih menurut syarat Bukhari."Al-Hakim telah meriwayatkan di dalam kitabnya al-Mustadrak 'ala ash-Shahihain fi al-Hadis: "Dari Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib yang berkata, 'Ketika Rasulullah saw memandang ke arah rahmat yang turun, Rasulullah saw berkata, 'Panggilkan untukku, panggilkan untukku.' Shafiyyah bertanya, 'Siapa, ya Rasulullah?!' Rasulullah menjawab, 'Ahlul Baitku, yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.' Maka mereka pun dihadirkan ke hadapan Rasulullah, lalu Rasulullah saw meletakkan pakaiannya ke atas mereka, kemudian Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Ya Allah, mereka inilah keluargaku (maka sampaikanlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad).' Lalu Allah SWT menurunkan ayat 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya” (QS 33 ayat 33). Al-Hakim berkata, "Hadis ini sahih sanadnya."
Berikut ini kami akan menyampaikan hadits tsaqalain dari referensi Syiah:
حدثنا احمد بن زياد بن جعفر الهمداني قال: حدثنا على بن ابراهيم بن هاشم عن أبيه عن محمد بن أبي عمير عن غياث بن إبراهيم عن الصادق جعفر بن محمد عن أبيه محمد بن على عن أبيه على بن الحسين عن أبيه الحسين بن على عليه السلام قال: سئل أمير المؤمنين عليه السلام عن معنى قول رسول الله صلى الله عليه وآله انى مخلف فيكم الثقلين كتاب الله وعترتي من العتره؟ فقال: انا والحسن والحسين والائمه التسعه من ولد الحسين تاسعهم مهديهم وقائمهم لا يفارقون كتاب الله ولا يفارقهم حتى يردوا على رسول الله صلى الله عليه وآله حوضه
Amirul Mukminin Ali as ditanya tentang sabda Rasullullah saw, "Aku tinggalkan bagimu dua perkara yang berat (tsaqalain), kitabullah (al-qur'an) dan itrahku, siapakah itrah? lalu dia (Imam Ali as) berkata: Aku, Hasan, Husain dan sembilan Imam dari keturunan Husain dan yang ke-9 dari mereka adalah al Mahdi dan al-Qa'im, dan mereka tidak akan berpisah dari kitabullah sampai mereka bertemu Rasulullah saw di telaga haudh."
1. Fallacy of Dramatic Instance
Fallacy of dramatic instance berawal dari kecendrungan orang untuk melakukan apa yang dikenal dengan over-generalisation. Yaitu penggunaan satu dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum. Kerancuan berfikir semacam ini banyak terjadi dalam berbagai telaah sosial. Argumen yang overgeneralized ini biasanya agak sulit dipatahkan. Karena, satu dua kasus rujukan itu seringkali diambil dari pengalaman pribadi seseorang (individual’s personal experience). Contoh supaya lebih memudahkan kita memahami fallacy of dramatic instance ini:
Sejumlah teman meminta saya untuk menuliskan pengalaman hijrahnya saya dari keyakinan semula (Islam-apa-adanya, istilah saya saja) menjadi Islam-yang-seharusnya. Beberapa kali saya menolak karena saya merasa benar-benar tidak pantas untuk dijadikan narasumber tema seperti itu. Apalah artinya saya, tak punya posisi apa-apa, bukan siapa-siapa juga. ‘Ala kulli hal, karena alasan tertentu akhirnya saya menuliskan hal ini.
Bahwa buku sebagai sumber ilmu dalam pengertian yang seriusnya—karena kalau sekadar membaca sejak SD setiap pulang saya selalu mampir ke rumah bibi (Bahasa Sunda untuk Tante) untuk membaca komik-komik kepunyaan sepupu saya—baru saya dalami setelah masuk SMA. Di usia SMA itu saya ikut dalam kegiatan Kelompok Studi Antar Pelajar (KSAP) di kota saya, T. Kami pengurus seksi rohani dari berbagai sekolah menengah mengikuti berbagai training yang diselenggarakan kelompok studi itu. Belakangan saya baru tahu bahwa kelompok tersebut merupakan bagian dari organisasi pelajar yang terkenal kontrarezim Soeharto.
Tanggal 1 Rajab adalah hari kelahiran Imam Muhammad Al-Baqir. Beliau adalah Imam dari garis Ahlulbait yang kini dikenal mazhab Syiah Imamiyah. Al-Baqir adalah putra dari Imam Ali Zainal Abidin putra Cucu Rasulullah saw: Al-Husain bin Ali.
Al-Baqir menjadi Imam berdasarkan nash (dalil). Bukan atas dasar pemilihan atau rasa suka umat terhadap tokoh masyarakat. Karena itu, posisi Al-Baqir lebih terjamin dari sisi agama Islam ketimbang para pemimpin lainnya.
Saudara dari Al-Baqir (yang satu ayah) adalah Zaid bin Imam Ali Zainal Abidin yang dikenal sebagai Imam Syiah Zaidiyah. Zaid diakui sebagai imam oleh pengikutnya. Beliau beserta pengikutnya memberontak pada penguasa sebagai upaya membalaskan kematian dari kakeknya, Al-Husain, yang wafat dibunuh secara keji oleh penguasa Bani Umayyah.
JUMAT , 13 Desember 2013, di Masjid Darussalam menemukan buletin Salam Qalam edisi 022, Shafar 1435/Desember 2013. Pada bagian kanan buletin halaman awal tertulis Buletin Jumat Darussalam. Juga terpampang susunan penanggungjawab dan orang-orang yang terlibat dalam redaksi, termasuk alamatnya: jalan Pasirwangi Raya no.1, Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, kota Bandung 40254, dan nomor telepon 022-5221169.
Buletin Salam Qalam edisi 022 ini memuat tulisan berjudul Dari Gerakan Takfiri hingga Kawin Kontrak dengan penulis H.Muslim Nurdin, S.S.,M.Hum.
Dari gelarnya jelas saudara MN (Muslim Nurdin) ini seorang yang pernah belajar ilmu-ilmu humaniora, mungkin lulusan sejarah. Juga dalam susunan redaksi, MN ini termasuk dewan redaksi, pengasuh konsultasi keluarga Islami, dan dewan syariah DKM Darussalam. Inilah pembahasannya:
JUMAT 13 Desember 2013, di Masjid Darussalam ditemukan buletin Salam Qalam edisi 022, Shafar 1435/Desember 2013. Pada bagian kanan buletin halaman awal tertulis Buletin Jumat Darussalam. Juga terpampang susunan penanggungjawab dan orang-orang yang terlibat dalam redaksi, termasuk alamatnya: jalan Pasirwangi Raya no.1, Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, kota Bandung 40254, dan nomor telepon 022-5221169.
Buletin Salam Qalam edisi 022 ini memuat tulisan berjudul Dari Gerakan Takfiri hingga Kawin Kontrak dengan penulis H.Muslim Nurdin, S.S.,M.Hum.
Dari gelarnya jelas saudara MN (Muslim Nurdin) ini seorang yang pernah belajar ilmu-ilmu humaniora, mungkin lulusan sejarah. Juga dalam susunan redaksi, MN ini termasuk dewan redaksi, pengasuh konsultasi keluarga Islami, dan dewan syariah DKM Darussalam. Inilah pembahasannya:
JUMAT , 13 Desember 2013, di Masjid Darussalam menemukan buletin Salam Qalam edisi 022, Shafar 1435/Desember 2013. Pada bagian kanan buletin halaman awal tertulis Buletin Jumat Darussalam. Juga terpampang susunan penanggungjawab dan orang-orang yang terlibat dalam redaksi, termasuk alamatnya: jalan Pasirwangi Raya no.1, Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, kota Bandung 40254, dan nomor telepon 022-5221169.
Buletin Salam Qalam edisi 022 ini memuat tulisan berjudul Dari Gerakan Takfiri hingga Kawin Kontrak dengan penulis H.Muslim Nurdin, S.S.,M.Hum.
Dari gelarnya jelas saudara MN (Muslim Nurdin) ini seorang yang pernah belajar ilmu-ilmu humaniora, mungkin lulusan sejarah. Juga dalam susunan redaksi, MN ini termasuk dewan redaksi, pengasuh konsultasi keluarga Islami, dan dewan syariah DKM Darussalam. Inilah pembahasannya:
Syiah dan Penamaan Rafidhah
Seperti kita lihat dalam bukunya yang saya bedah di froum diskusi ini, salah satu kebiasaan Husain al-Musawi adalah menciptakan riwayat palsu atau riwayat lemah dan juga memotong-motong riwayat hadits-hadits syiah sesuka hatinya untuk menciptakan citra buruk syiah. Tapi propagandanya memang sudah bisa ditebak bagi orang-orang yang mau menggunakan sedikit tenaga dan pikirannya.
Kesalahan Kesimpulan tentang Abdullah bin Saba'
Salah satu sebab terjadinya kesalahan berpikir adalah terlalu cepat mengambil kesimpulan saat belum memahami sebuah persoalan secara utuh. Banyak orang bisa membaca berita, tetapi sedikit yang bisa menafsirkan dan menganalisis berita. Pembahasan tentang Abdullah bin Saba bisa dinilai dari dua hal: keberadaan Abdullah bin Saba’ dan pendapat para ulama syiah tentang sosok Abdullah bin Saba.
Apakah Syiah itu Islam? Tidak dapat ditolak bahwa Syiah adalah Mazhab yang paling pertama muncul dalam sejarah Islam. Mazhab Syiah muncul karena pengikut Ali bin Abi Thalib as meyakini bahwa Nabi Saw telah menetapkan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib pasca wafatnya Nabi Saw. Inilah sejarah awal terbentuknya Mazhab Syiah. Disebut Syiah yang berarti "pengikut" Ali bin Abi Thalib ra. (Saya tidak akan menjelaskan panjang persoalan sejarah ini dalam ruang singkat ini).
JUMAT , 13 Desember 2013, di Masjid Darussalam ditemukan buletin Salam Qalam edisi 022, Shafar 1435/Desember 2013. Pada bagian kanan buletin halaman awal tertulis Buletin Jumat Darussalam. Juga terpampang susunan penanggungjawab dan orang-orang yang terlibat dalam redaksi, termasuk alamatnya: jalan Pasirwangi Raya no.1, Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, kota Bandung 40254, dan nomor telepon 022-5221169.
Buletin Salam Qalam edisi 022 ini memuat tulisan berjudul Dari Gerakan Takfiri hingga Kawin Kontrak dengan penulis H.Muslim Nurdin, S.S.,M.Hum.
Dari gelarnya jelas saudara MN (Muslim Nurdin) ini seorang yang pernah belajar ilmu-ilmu humaniora, mungkin lulusan sejarah. Juga dalam susunan redaksi, MN ini termasuk dewan redaksi, pengasuh konsultasi keluarga Islami, dan dewan syariah DKM Darussalam. Inilah pembahasannya:
Kedua, MN menyebutkan bahwa ada upaya tahrif (pengubahan) terhadap kitab suci Al-Quran. MN menulis, “versi mereka bahwa dalam Quran terdapat sekitar 17.000 ayat” dan “…masalah mendasar lainnya adalah dalam aspek penafsiran yang cenderung menggunakan takwil tanpa dasar riwayat yang sharih.”
JUMAT , 13 Desember 2013, di Masjid Darussalam menemukan buletin Salam Qalam edisi 022, Shafar 1435/Desember 2013. Pada bagian kanan buletin halaman awal tertulis Buletin Jumat Darussalam. Juga terpampang susunan penanggungjawab dan orang-orang yang terlibat dalam redaksi, termasuk alamatnya: jalan Pasirwangi Raya no.1, Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Regol, kota Bandung 40254, dan nomor telepon 022-5221169.
Buletin Salam Qalam edisi 022 ini memuat tulisan berjudul Dari Gerakan Takfiri hingga Kawin Kontrak dengan penulis H.Muslim Nurdin, S.S.,M.Hum.
Dari gelarnya jelas saudara MN (Muslim Nurdin) ini seorang yang pernah belajar ilmu-ilmu humaniora, mungkin lulusan sejarah. Juga dalam susunan redaksi, MN ini termasuk dewan redaksi, pengasuh konsultasi keluarga Islami, dan dewan syariah DKM Darussalam. Inilah pembahasannya:
Dalam paragrap empat MN menyebutkan ada beberapa racun dan doktrin yang disebarkan di tengah masyarakat. Menurut MN ada lima racun yang berbahaya (akan dibahas satu persatu).
Pertama, tentang seluruh sahabat Rasulullah saw adalah kafir kecuali Jafar dan Salman. Bahkan mengkafirkan sahabat yang dijanjikan surga oleh Rasulullah saw seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Utsman bin Affan. MN juga menjelaskan bahwa pengkafiran sahabat akan menjadikan masalah dalam masalah hadis karena seluruh jalur riwayat melaluinya.
Pertanyaan: Apakah berjenggot itu wajib atau sunnah muakkad? Dan apakah dalil dari keduanya? Terima kasih.
Jawaban: Di antara hal yang sudah ditetapkan dalam syariat adalah bahwa membiarkan jenggot dan tidak mencukurnya habis adalah hal yang ma’tsur dari Nabi Muhammad Saw dan bahwa beliau merapikannya, mengambil sebagian dari atas dan bawahnya agar terlihat indah, sekiranya sesuai dengan tipikal dan bentuk wajah secara umum.
Fakta dan Realita
Kelompok Syiah dan kelompok Sunni merupakan fakta sejarah dan realita yang ada sejak sejak zaman dahulu. Keberadaan mereka akan tetap ada hingga akhir zaman.
Menjadi seorang Syiah atau menjadi seorang Sunni bisa karena faktor lingkungan yang determinan atau karena faktor pilihan. Mayoritas rakyat Iran menjadi Syiah karena faktor lingkungan. Demikian pula halnya dengan mayoritas rakyat Indonesia menjadi Sunni. Sementara yang menjadi Syiah atau menjadi Sunni karena pilihan hanya sebagian kecil saja.
Fahmi Slalu Cinta Persib: Sya pengen tau apa benar syiah itu sesesat yg saya keatahui di media sosial? Dan apa benar syiah mengkafirkan sahabat nabi dab istri nabi. Dan apa benar syiah nembolehkan nikah mut'ah? Tolong jawabannya supaya sya tidak kliru. Trimakasih.
Ijabi-Jabar: Kami tidak pernah mengkafirkan sahabat dan Istri nabi. Ijabi melarang anggota melakukan Nikah Mut'ah. Ketika kita mendengar pendapat tentang kesesatan kelompok lain, maka kita harus berani bertabayun. Berani mencari sumber informasi yang lain. Bila berdasarkan informasi yang ada timbul kebencian pada kelompok lain, maka kebencian itu sendiri merusak jiwa pembencinya dan tidak berpengaruh apa apa terhadap yang dibencinya. Lebih baik konsentrasi mencintai kebaikan yang kita yakini dan mengamalkannya sehingga memberi manfaat pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Berikut ini hadis-hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw telah menyebutkan para Imam/Khalifah dari Ahlulbait beserta nama-namanya yang harus diikuti. Hadis ini dimuat dalam kitab Ahlussunah sebagai berikut:
Dari Said bin Jubair dari Ibn Abbas berkata Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya khalifah-khalifahku dan wasi-wasiku, hujah-hujah Allah di atas makhlukNya selepasku ialah 12 orang; yang pertama Ali dan yang akhirnya cicitku al-Mahdi; maka itulah Isa putra Maryam shalat di belakang al-Mahdi (Yanabi al-Mawaddah, hlm. 447)
Hadis tentang keutamaan (fadhail) Ahlulbait as sangat banyak. Namun, dalam kesempatan ini kami sajikan dua hadits yang mutabar sanadnya. Hadis ini kami kutip dari kitab Mu'jam al-Ahadits al-Mu'tabarah karya almarhum Ayatullah Syaikh Asif Muhsini.
Berikut ini hadisnya. Silakan dibaca dan direnungkan isinya:
Ini masih tentang buku. Saya punya seabreg buku Wahabi. Mulai karya Nashiruddin Albani, Hasan Al Banna, Yusuf Qordhowi, Ibnu Katsir, Ibn Taimiyah dan lain-lain yang yang seafiliasi dengannya. Mulai kitab kuning, kitab putih, kitab gundul maupun gondrong. Semua menjadi kajian tiap hari tiada henti.
Saya sempat menerima paham Wahabi yang mengklaim sebagai gerakan Islam "modernis" itu. Saya pernah menjadi loyalis Wahabi alias Wahabi minded 123%.
Yang namanya Majalah Al-Muslimun (Persis) SM (Muhammadiyah), Sabilli (PKS), Panjimas, Media Dakwah (DDI), dan sejenisnya adalah menu wajib bacaan. Dulu kitab-kitab karya Ibnu Katsir adalah kitab favorit yang menjadi kajian rutin.
“Jika saya akan dituduh orang Syi’ah karena saya mencintai keluarga Muhammad, maka saksikanlah oleh seluruh manusia dan jinn bahwa saya ini adalah penganut Syi’ah.” (Al Imam Asy-Syafi’i).
Dengan kata-kata yang begitu tegas Al Imam Asy-Syafi’i menyatakan pendiriannya 13 abad yang telah lalu. Beliau dengan syi’ir yang begitu gamblang menjelaskan pendiriannya, yaitu beliau mencintai keluarga Muhammad s.a.w., ialah anak-anak beliau dan cucu beliau. Jelas bahwa beliau tiada beranak laki-laki, karena anak laki-laki meninggal semua di waktu kecilnya. Tetapi sebagai manusia beliau ingin mempunyai keturunan yang laki-laki. Sebab itu – sebagai manusia – beliau ingin akan keturunan itu. Ketika lahirnya putranya terakhir, Ibrahim dari perkawinannya dengan Mariah Al-Qubthiah, sangatlah beliau berbesar hati, karena inilah yang akan menyambung turunannya, sedang usia beliau ketika anak itu lahir sudah lebih 60 tahun, sudah tua!
Soal:
Apakah benar asyura (yang diselenggarakan setiap tanggal 10 Muharram) membina dendam sejarah?
Jawaban:
Tanya
Mengapa Allah Swt tidak memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk melakukan nikah mutah? Pada surah al-Nisa tatkala menjelaskan hukum mut’ah, bahkan Allah Swt sendiri tidak mengunakan kalimat perintah? Apakah ada sanadnya yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As bahkan putra-putranya melakukan jenis pernikahan ini? Atau paling tidak memerintahkan orang untuk melakukan mut’ah? Apakah setelah pelarangan Umar dalam urusan mut’ah, tatkala Imam Ali As memegang tampuk pemerintahan, apakah terdapat nash yang tegas yang menyatakan pencabutan pembatasan ini dari sisi Imam Maksum As? Apakah dalam pernikahan mut’ah, pria dapat menikah dengan beberapa wanita pada saat yang sama tanpa ada batasan? Dan memerlukan izin dari istri-istri mut’ahnya?
Secara etimologis (kebahasaan) kata Syi'ah berasal dari kata kerja dasar Syaya'a yang berarti mendukung, membela dan menolong. Kata Syi'ah berarti para pendukung atau pembela.
Sepertinya belum ada ulama Sunni yang bisa menjelaskan Asyura dan Karbala seterang dan seberani Al-Habib Al-Ustadz Muhammad Rizieq Syihab! Intisari ceramah Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) bertema “Hari Asyura dan Tragedi Karbala Dalam Perspektif Ahlusunnah wal Jamaah” tersebut ditranskripsi dalam bentuk farafrase seperti berikut ini.
Ceramah Habib Riziq ini disiarkan secara langsung oleh Radio Rasil AM 720Khz pada tanggal 08/12/2012. Silahkan rujuk situs resmi Rasil di link ini.
Berikut ini inti ceramah Yang Mulia Al-Habib Rizieq Syihab. Sebagian besar kami ambil di situs Baitul Muhibbin.
Saat ini ada segelintir kelompok yang sengaja menciptakan kondisi di mana jika ada di antara ummat Islam yang membicarakan tentang Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein sebagai Tokoh-tokoh Ahlul Bait Nabi Muhammad saw, maka akan langsung dicap Syiah. Dengan demikian, diharapkan ummat akan takut atau minder membicarakan tentang Ahlul Bait Nabi saw karena khawatir dicap Syiah.
Acara tahlilan yang kedengarannya tak lagi asing di telinga orang Indonesia merupakan salah satu tradisi zaman Wali Songo yang sampai sekarang masih diamalkan oleh sebagian besar masyarakat. Asal-usul tradisi ini sebenarnya berasal dari kebudayaan Hindu-Buddha yang termodifikasi oleh ide-ide kreatif para Wali Songo, penyebaran agama Islam di Jawa.
Awalnya tradisi tahlilan ini belum ada, sebab masyarakat zaman dulu masih mempercayai kepada makhluk-makhluk halus dan gaib. Oleh sebab itu, mereka berusaha meminta sesuatu kepada makhluk makhluk gaib tersebut berdasarkan keinginan yang dikehendakinya. Agar keinginan itu terkabul, maka mereka membuat semacam sesajen yang nantinya ditaruh di tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti punden dan pohon-pohon besar.
“Maka paling tidak kita telah berhasil menghindari kafir-mengkafirkan, bahkan (mungkin) bunuh-membunuh yang selama ini terdengar,” tulis Quraish Shihab di buku itu.
Taqiyyah berarti penjagaan. Dikatakan: seseorang ‘ittaqa syaian’ apabila dia menjadikan sesuatu sebagai penutup yang menjaganya dari bahaya. Taqiyyah juga didefinisikan sebagai berikut: Sesungguhnya taqiyyah adalah penjagaan seseorang atas dirinya dengan menampakkan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang ada dalam hatinya.
Taqiyyah dalam pandangan Syiah merupakan mafhum Qur’ani yang diambil dari surat Ali Imran ayat 28:
“Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin, barang siapa berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari wilayah Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri (tattaqu berasal dari akar kata yang sama dengan taqiyyah) dari sesuatu yang ditakuti dari mereka” (QS. Ali ‘Imrân [3]:28).
الروايات المنقولة عن الأئمة عليهم السلام تخالف ما عليه الشيعة اليوم من تأخير صلاة المغرب والإفطار في الصيام إلى ما بعد غروب الشمس بمدة وقد روي عن الإمام جعفر الصادق عليه السلام : "إذا غابت الشمس فقد حل الإفطار ووجبت الصلاة ..." وفي رواية عن أبي أسامة زيد الشحام :"صعدت مرة جبل أبي قبيس والناس يصلون المغرب فرأيت الشمس لم تغب بعد ،وإنما توارت خلف الجبل عن الناس ،فأخبرته بذلك ،فقال لي : ولم فعلت ذلك ؟ بئس ما صنعت ،إنما عليك مشرقك ومغربك وليس على الناس أن يبحثوا " وروى محمد بن يحيى الخثعمي عن أبي عبدالله عليه السلام أنه قال :"كان رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يصلي المغرب ويصلي معه حي من الأنصار يقال لهم بنو سلمة ،منازلهم على نصف ميل فيصلون معه ،ثم ينصرفون إلى منازلهم ،وهم يرون مواضع سهامهم"
ونقل السيد البروجردي عن"صاحب الدعائم" قوله :"روينا عن أهل البيت ص بإجماع فيما علمناه من الرواة عنهم ،إن دخول الليل الذي يحل الفطر للصائم هو غياب الشمس في أفق المغرب بلا حائل دونها يسترها من جبل أو حائط ،ولا غير ذلك ،فإن غاب القرص في الأفق فقد دخل الليل وحل الفطر"
(جامع أحاديث الشيعة :ج9 ،ص165)
وهكذا في بحوثات السيد الخوئي (المسائل المنتخبة،ص75).
الوحدة أعظم وأكبر من هذه الأمور....
Terjemahan oleh Ustadz Miftah Fauzi Rakhmat, sebagai berikut