Bagian 6
Tidak jarang kita merasa jawaban atas doa-doa yang kita panjatkan tidak kunjung tiba. Harapan yang selama ini selalu terselip dalam untaian permohonan belum juga menampakkan wujudnya. Sedih rasanya dan hampir-hampir kita berputus asa.
Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka. (HR Al-Baihaqi)
Bagian 6
Tidak jarang kita merasa jawaban atas doa-doa yang kita panjatkan tidak kunjung tiba. Harapan yang selama ini selalu terselip dalam untaian permohonan belum juga menampakkan wujudnya. Sedih rasanya dan hampir-hampir kita berputus asa.
Seseorang telah meminta untuk untuk menyampaikan komentar atas buku Banyolan Syiah Imamiyah karya Firanda Andirja Abidin, Lc, MA yang dimuat dalam situs Salam-Online; yang isinya menyatakan perawi hadis Syiah terdapat keledai. Benarkah riwayat tersebut shahih dalam khazanah hadis-hadis dalam mazhab Syiah Imamiyah?
Bagian 4
"Dan
tidaklah segala sesuatu kecuali pada Kami ada perbendaharaannya dan Kami
menurunkan dengan ukuran yang telah Kami tetapkan" (QS 15:21).
Allah SWT memiliki segala sesuatu dan Allah dengan Rahmat-Nya membagikan segala sesuatu tersebut pada hamba-hamba-Nya. Kapanpun bagi Allah bukanlah persoalan untuk memberikan pada hamba-Nya.
Bagian 2
Azab adalah kehancuran yang Allah SWT timpakan pada satu kaum akibat penentangan kaum tersebut kepada Allah SWT. Namun, demikian ada lima hal di dalam al-Quran yang karena hal tersebut Allah SWT menahan Azab-Nya:
Hadits Tsaqalain adalah wasiat dan perintah Rasulullah Muhammad SAW untuk berpegang teguh pada dua pusaka: Kitab Allah dan Ahlul Bait-‘itrahnya as. Hadits ini tercatat di kitab-kitab Sunni dan Syi‘ah dengan beberapa jalur yang kandungannya saling menguatkan. Berikut ini di antara kalimat yang termuat dalam hadits Tsaqalain:
SUATU hari, Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa as, "Hai Musa, bila nanti kau akan bertemu dengan-Ku lagi, bawalah seseorang yang menurutmu kamu lebih baik daripada dia."
Nabi Musa as lalu pergi ke mana-mana; ke jalanan, pasar, dan tempat-tempat ibadat. Ia selalu menemukan dalam diri setiap orang itu suatu kelebihan dari dirinya. Mungkin dalam beberapa hal yang lain, orang itu lebih jelek dari Nabi Musa, tetapi Nabi Musa selalu menemukan ada hal pada diri orang itu yang lebih baik dari dirinya. Nabi Musa tidak mendapatkan seorang pun yang terhadapnya Nabi Musa dapat berkata, "Aku lebih baik dari dia."
Pluralitas atau keragaman seringkali disamakan dengan pluralisme. Keduanya merujuk pada kenyataan adanya perbedaan. Dalam konteks agama, kita tahu bahwa ada banyak agama di dunia. Dan perbedaan di antara agama itu sangat jelas. Dalam pengertian deskriptif, pluralitas dan pluralisme memang sama. Dua istilah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan adanya keragaman agama atau perbedaan agama. Dalam pengertian ini, maka pluralisme bukanlah sesuatu yang kontroversial, karena semata mengakui kenyataan adanya keragaman agama.
Tak terasa ini status Fb ke- 9 yang mencoba merangkum butir-butir gagasan Wilfred Cantwell Smith tentang Islam dan agama-agama di dunia. Tentu banyak hal dari ide Smith yang tidak saya diskusikan, karena tulisan berseri berupaya menjaga kesinambungan sehingga letupan-letupan ide yang berada di luar alur tulisan akan cenderung diabaikan. Lebih dari itu, sulit mendiskusikan gagasan seorang sarjana prolifik seperti Smith secara komprehensif. Dalam catatan penutup ini, saya akan menggarisbawahi hal-hal yang saya anggap menonjol dan kemungkinan kritiknya.
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh. (Al-Aḥzāb [33]:72)
Dua karakteristik manusia yang dinyatakan Allah SWT yaitu zaluman dan jahula.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
Dalam ayat ini Allah SWT
menghiasi diri manusia dengan satu elemen yang disebut syahwat. Secara bahasa,
syahwat artinya menyukai dan menyenangkan (shahiya, shaha-yasha atau
shahwatan). Sedangkan secara istilah, syahwat adalah kecenderungan jiwa
terhadap apa yang dikehendakinya (nuzu’an nafs ila ma turiduhu). Dalam
al-Quran, kata syahwat terkadang dimaksudkan untuk obyek yang diinginkan.
Pertama, Al-Shadr (dada). Merupakan bagian terluar dari qalb yang umumnya mengindikasikan perasaan atau emosi pada diri seseorang. Kadang ada yang memaknainya dengan kata جدار القلب (dinding hati) karena merupakan lapisan terluar bagi hati. Melalui shadr ini keluar masuknya maklumat, bahkan bisikan-bisikan syaithaniyyah. Javad Nurbakhsy menyebutya sebagai ruang pertahanan bagi qalb dalam menghadapi pertempuran dengan bisikan kebatilan. Jika kebatilan yang menang maka muncul kecenderungan terhadap keburukan pada qalb. Sempit dan lapangnya perasaan seorang hamba terjadi di ruang ini. Al-Qur'an menyebutkan:
Setelah tiga karya pertamanya yang berbicara tentang Islam, sejak tahun 1960-an Wilfred Cantwell Smith mulai “merambah jalan baru” (pinjam frasa bang Fachry Ali) mendedah istilah-istilah kunci dalam studi agama. Misalnya, kata “faith”, “belief”, “religion”, “religious truth”, “religious tradition”, “religious experience”, dan seterusnya. Kesarjanaannya beranjak dari studi Islam menuju studi agama-agama, dari seorang Islamisis (ahli Islam) menjadi comparativis (ahli perbandingan agama).
Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan bertanya: "Ya Rasulullah kenapa qalb disebut qalb?" Rasulullah Saw bersabda: "qalb disebut qalb karena muqallab (berbolak-balik)." ('Ilal al-Syara'i).
Elemen sangat penting yang Allah lengkapi manusia dengannya adalah akal. Akal merupakan daya berfikir yang ada pada diri manusia, berfikir adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu. Bagi filosof, akal merupakan diferensial (pembeda) dari seluruh makhluk lainnya. Tanpa akal ini, manusia tidak lebih dari binatang sebagai "jismun mutaharrikun bil irodah" (raga yang bergerak dengan keinginan).
Di kalangan sarjana Barat kontemporer, kontribusi Wilfred Cantwell Smith lebih menonjol dalam bidang perbandingan agama ketimbang studi Islam. Hal itu dapat dipahami karena dari 13 karnyanya hanya 3 buku yang secara khusus berbicara tentang Islam, dan 1 buku berupa kumpulan tulisan. Dalam karya masterpiece-nya “The Meaning and End of Religion” yang terbit tahun 1963, Islam (hanya) didiskusikan dalam 1 bab dari 8 bab. Bab ke-4 buku itu berjudul “The Special case of Islam.”
Tawakal adalah mewakilkan seluruh urusan kepada pemiliknya. Manzilah ini adalah Manzilah yang paling sulit bagi awwam karena awwam menisbahkan urusan kepada dirinya, namun Manzilah paling mudah bagi kalangan Khusus. Bagi kalangan awwam pandangan umumnya terhijabi oleh pemberian Allah atasnya kemampuan, aqal dan kekuasaan. Sehingga melihat segala sesuatu yang dirinya lakukan dan miliki dinisbatkan sebagai hasil dari usaha dirinya. Hal ini adalah wahm yang meliputi awwam padahal seluruh urusan itu bukanlah berada ditangannya.
Manzilah keempat dari Manzilah al-Mua’amalat. “Tidaklah kecuali semata hanya untuk Allah agama yang tulus” (QS 39:3). Tidaklah agama yang murni dari segala jenis elemen riya', keburukan dari ujub, penghiasan dan sepertinya kecuali semata hanya untuk Allah. Inilah makna ketulusan, yaitu penyucian perbuatan dari segala penghalang.
Allah SWT melengkapi manusia dengan beragam perangkat untuk hidup di dunia dan menjadi jalan kembali menuju-Nya. Satu di antara perangkat itu adalah fitrah.
Fitrah dapat bermakna suci atau mencipta. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw, "Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah..." Demikian juga Allah menyebutkan:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ جَاعِلِ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًاۙ
"Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya" (QS 22:30).
Penghormatan adalah menjaga dan mengagungkan hak-hak yang ada pada al-Haqq. Dalam penjelasan Syaikh: Penghormatan adalah perendahan diri dari penentangan dan hal yang dilarang (al-Mujasaraat).
فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ
مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah [2]:37)
Pendekatan personalis Wilfred Cantwell Smith bukan hanya dilatari oleh sikap simpati terhadap obyek kajian (dalam hal ini: Islam), melainkan juga kritik terhadap pandangan hegemonik Barat yang menempatkan Islam sebagai sesuatu yang statis. Kita tahu, pandangan hegemonik tersebut disorot tajam oleh Edward Said dalam karya fenomenalnya “Orientalism,” yang terbit pertama kali tahun 1972.
Al-Quran menggunakan istilah hubuth yang umumnya dalam terjemahan Alquran sebagai “turun”.
ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ
Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (Al-Baqarah [2]:36)
Pada manzilah awal ketertarikan adalah ketertarikan yang muncul dari ilmu dan melahirkan kesungguhan dalam upaya penyaksian, salik terpelihara dari ketertarikan yang meruntuhkan dirinya, dan menjaga pemiliknya dari mengambil hal-hal yang bersifat keringanan.
"Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman" (QS 11:86). Bahwa apa yang ada padamu dari kebaikan dan kesalehan lebih utama daripada seluruh harta dunia yang dimiliki. Kesederhanaan adalah hilangnya dorongan keinginan dari segala sesuatu secara total. Yaitu hilangnya keterikatan pada segala sesuatu.
Ada tiga Manzilah pada Kesederhanaan. Manzilah pertama, kesederhanaan dalam hal yang subhah (setelah meninggalkan yang haram) menjauhkan diri dari peringatan, meningkatkan hal yang kurang, dan menjauhkan diri bersama para perusak (al-Fusaaq). Kesederhanaan dari hal yang subhah, yaitu segala sesuatu yang seakan halal namun ada keraguan padanya dengan menjauhkan diri darinya. Melakukan hal yang halal adalah ketentuan agama namun yang menghindari yang subhat adalah keindahan diri.
Kisah kejatuhan manusia ke bumi (the falling man), bukan sekadar kisah biasa seperti yang kita baca selama ini, tetapi banyak sekali interpretasi terhadapnya. Seyyed Hossein Nashr, filosof Perenialis, membicarakan peristiwa ini dengan detail bahwa 'keterjatuhan' itu adalah ketercerabutan manusia dari hakikat primordialismenya.
"Dan beritakanlah berita gembira pada orang-orang yang patuh" (QS 22:34). Kepatuhan adalah adalah diam dalam ketertarikan karena kuatnya kerinduan. Sebagaimana firman Allah "...Merendahkan (berdiam) diri dihadapan Tuhan mereka" (QS 11:23).
Karena itu, Syaikh berkata: Ketundukkan adalah awal dari Manzilah Ketenteraman (al-Thumaninah) yaitu masuknya jiwa pada rasa aman dari kembali dan terombang-ambing. Yaitu keadaan jiwa yang menjadi tenang setelah sebelumnya jiwa selalu kembali pada keburukan dan terombang-ambing di antara ketundukan dan dorongan nafsu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (QS An-Nisā' [4]:1)
Perdebatan yang terjadi pada penafsiran surah An-Nisa ayat 1, ketika Allah SWT menyebutkan bahwa kamu diciptakan dari jiwa yang satu (من نفس واحدة). Apakah yang dimaksud adalah diri Adam as sehingga dari Adam tercipta ibunda Hawa; atau keduanya berasal dari jiwa yang satu sehingga sumber keduanya sama tanpa perbedaan.
Kasihan adalah perasaan khawatir yang terus menerus diiringi rasa sayang bahwa karena rasa sayang terhadap dirinya maka akan memunculkan rasa kasihan akan rusaknya dirinya karena akibat dari tindakan yang salah yang dilakukannya.
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah ghuraba’ (orang-orang yang terasing)” (HR. Muslim).
Teka-teki Malaikat terjawab ketika Allah SWT mengajarkan seluruh Nama-nama pada Adam as.
"Dan kembalilah
kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya..."(QS 39:54).
Perbedaan mendasar di antara Taubat dan Inabah, bahwa Taubat kembali kepada Allah setelah penentangan. Sedangkan Inabah kembali kepada Allah tanpa melakukan penentangan sebelumnya. Sehingga Manzilah al-Inabah lebih tinggi dari Manzilah Taubat.
Menyaksikan makhluk baru yang di ciptakan Allah SWT dengan keanehan penggabungan antara unsur langit dan unsur bumi, unsur ruhani dan unsur materi, unsur mulia dan unsur hina. Menimbulkan kebingungan malaikat. Malaikat adalah makhluk yang Allah SWT ciptakan dari unsur ruhaniah dengan akal yang bekerja pada diri mereka.
Alquran menggambarkan tiga keadaan hati: Hati yang berpenyakit (Qalb al-Maradh), Hati yang Kembali (Qalb al-Munib), dan Hati yang Tunduk (Qalb al-Salim). Seperti tubuh yang bisa mengalami sakit, begitu juga dengan Hati.
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta" (QS 2:10).
قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ
Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” (Al-Baqarah [2]:33)
Ada seseorang yang bertanya kepada Imam Ja'far Ash-Shadiq as: "Mengapa Adam as disebut Adam as?"
Imam Ja'far menjawab: "Sesungguhnya Adam as dinamakan Adam as karena dibentuk dari kedalaman tanah di muka bumi (من أديم الارض)."
Kata Bani yang di artikan sebagai keturunan dapat berasal dari kata Banu (بنو) yang berarti “Sesuatu yang terlahir dari sesuatu” atau juga berasal dari kata Bana (بني) yang bermakna membangun, membuat atau mendidik.
Seingat saya ada 14 sahabat saya yang bertanya, baik langsung maupun tidak. Saya merasa nggak banyak beribadah seperti orang lain. Kadang saya lebih banyak menggunakan kesempatan bulan suci Ramadhan untuk membaca dan merenung hingga menjadi tulisan-tulisan. Dan kali ini saya ingin mempersembahkan tulisan selama Ramadhan khusus untuk sahabat-sahabat saya tersebut dan semua yang punya waktu membacanya.
Bismillahirrahmanirrahim.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad.
Al-Nafs dalam proses pergumulan di antara Syahwat, Aql dan Qalbnya menyebabkan terjadinya tingkatan pada al-Nafs manusia.
Nafs al-Amarah
Ketika Syahwat mengambil kendali atas Aql dan Qalb maka kondisi al-Nafs nya adl kondisi Nafs al-Amarah.
Di antara perkataan Nabi Isma‘il as yang terekam dalam al-Qur‘an, bagian ayat 102 surah ash-Shaffat:
يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
Yaa
abati if‘al maa tu‘mar (Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu).
Kata tu‘mar (diperintahkan) adalah fi‘il mudhari’ majhul (kata kerja sekarang pasif). Hal ini mengisyaratkan bahwa jawaban Nabi Isma‘il as menjadi bukti kuat bahwa dirinya siap melaksanakan perintah Allah Ta‘ala, dan bahwa hendaknya sang ayah (Nabi Ibrahim as) juga melaksanakan perintahNya yang sedang maupun yang akan diterimanya.
Dalam sebuah obrolan di masjid setelah salat magrib, seorang bapak jelang 60 an tahun membuka perbincangan.
"Saya belajar Islam dari guru saya. Saya ikut apa kata guru. Saya tidak tahu apa dalil-dalilnya. Tetapi saya yakin guru saya tidak mengajari saya keburukan apalagi kesesatan. Dengan ilmu yang saya dapatkan dari guru itulah saya mengamalkan Islam: shalat, puasa, bershalawat dan berdzikir, bertutur baik, beramal saleh dan lainnya. Nah, bagaimanakah cara berislam seperti saya ini?"
Apakah ada tanda mukmin dari khazanah hadis
Ahlulbait?
DARI Imam Hasan Al-Askari as, imam Syiah ke-11 yang juga keturunan Rasulullah saw, bahwa ada lima tanda seorang mukmin. Pertama, melaksanakan shalat yang lima puluh satu; 17 rakaat shalat fardhu (wajib) dan 34 shalat nawafil (sunnah). Kedua, ziarah arbain (hari keempat puluh wafatnya Imam Husain, setiap tanggal 20 Shafar). Ketiga, mengenakan cincin pada jari tangan kanan. Keempat, sujud pada tanah. Kelima, menzaharkan “bismillahirrahmanirrahim” pada setiap baca surah fatihah dalam shalat. Hadis ini terdapat dalam kitab Tahdzib wa Mishbah.
Taqiyyah berarti penjagaan. Dikatakan: seseorang ‘ittaqa syaian’ apabila dia menjadikan sesuatu sebagai penutup yang menjaganya dari bahaya. Taqiyyah juga didefinisikan sebagai berikut: Sesungguhnya taqiyyah adalah penjagaan seseorang atas dirinya dengan menampakkan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang ada dalam hatinya.
Hampir semua pemikir Muslim yang prihatin dengan keadaan umat Islam saat ini bersepakat bahwa akar masalah di balik semua keterbelakangan ialah matinya atau redupnya pemikiran yang berakibat pada tumpulnya kreativitas. Dulu Cak Nur menyebut umat Islam kehilangan “psychological striking force,” daya dobrak, yang dahulu menjadi motor gemuruh peradaban Islam.
al-Sirr (rahasia) dalam tasawuf bermakna tersingkapnya Keindahan dan Kebesaran Allah hingga mencapai musyahadah (persaksian). Bisa dimaknai bahwa al-Sirr adalah bagian terdalam ruh, sedangkan bagian luar ruh disebut qalbu yang disebutnya “hati”. Dalam literatur sufi bahwa hati yang bersih akan mengetahui rahasia-Nya.
Syaikh menjadikan ayat ini sebagai dasar untuk menunjukkan rasa takut yang timbul dari keimanan dan ketakwaan bukan Rasa Takut yang salah yaitu karena urusan dunia dan ketakutan yang muncul sebagai akibat cinta dunia. Takut adalah terlepasnya rasa tenteram dan aman melalui pengkajian akan hal yang baik. Tenteram (al-Thumaninah) adalah diam (al-Sukun). Seperti hadis Nabi Muhammad Saw, "Ruku'lah kami hingga orang-orang yang ruku' itu diam dan berdirilah sehingga orang-orang berdiri dengan diam." Sedangkan mengkaji hal yang baik adalah berupaya menggali makna kebaikan sehingga termaktub di dalam pikiran.
Berikut review singkat buku “Jam’ul Quran: Bayna isykaliyyat al-nash wa-ru’yat al-istisyraq” (Pengumpulan al-Quran: Antara problem teks dan perspektif orientalisme) karya Dr. Abdul Jabbar Naji. Dibagi dalam 8 bab, buku ini menyorot tiga persoalan penting (1) problem sejarah teks al-Quran yang dinarasikan sumber-sumber Sunni; (2) keberadaan mushaf Ali sebelum proyek mushaf Abu Bakar dan Utsman, and (3) diversifikasi pandangan orientalis.
Pendahuluan
Kali ini saya ingin memperkenalkan tafsir Muqatil bin Sulaiman. Dalam berbagai kesempatan diskusi tentang tafsir, saya kerap mengatakan bahwa Muqatil merupakan mufasir paling awal yang karya utuhnya terpelihara hingga sekarang. Kita tak punya karya tafsir lebih awal darinya.
Namun, biasanya saya tak menambahkan apa yang menjadi ciri-khas tafsir ini dan kenapa tidak dikenal di dunia Muslim saat ini, termasuk di Indonesia. Nah, saya akan menjawab dua pertanyaan apa dan kenapa tersebut, dan berharap status ini mendorong kita menjadi pembaca yang baik.
Saya hendak mengulas soal anjing beberapa pemuda yang tertidur ratusan tahun dalam gua sebagaimana dikisahkan al-Qur’an surat al-Kahfi, terutama ayat 18. Saya kurang tertarik pada apa nama dan warna anjing, karena pertanyaan itu memang bukan persoalan yang menghadirkan problem hermeneutik bagi kalangan mufassirun.
Imam Musa Kadzim as bersabda:
عَظِّمِ العَالِمَ لِعِلْمِهِ وَ دَعْ مُنَازَعَتَهُ، وَ صَغِّرِ الجَاهِلَ لِجَهْلِهِ ولاَ تَطْرُدْهُ وَ لَكِنْ قَرِّبْهُ وَ عَلِّمْهُ.
Muliakan orang alim karena ilmunya dan tinggalkan berdebat/bertengkar dengannya. Dan remehkan orang jahil karena kebodohannya dan jangan engkau usir dia, tetapi dekatkan dan ajari dia. (Bihâr Al Anwâr, 75/309)
Seperti saat ditarik magnet Kramat Empang untuk berziarah ke sana, yg pernah saya ceritakan sebelumnya, ziarah saya ke Syaikh Sayid Nizamuddin Awliya' dan Amir Khusro juga unik. Btw, Nizamuddin Awliya' ini adalah salah satu Syaikh awal (keempat) Tarekat Chistiyah, yang kebesarannya namanya sejajar dg Moinuddin Chisti pendirinya. Sementara Amir Khusro adalah muridnya yg paling penting. Seorang sufi dan penyair besar.
Jailani tersenyum ramah, ia menyalamiku dan memperkenalkan pada sahabatnya Arif. Sepertinya mereka habis berdiskusi cukup alot tebakanku pasti tentang politik karena di kaos Arif tertulis Panwaslu.
"Abi, nanti dianter jam berapa ?" Teriak putri bungsuku, Najwa. Anakku ini duduk di kelas XII SMA sering kugelari pengawal, karena paling suka kalau disuruh nganter, bawa mobilnya jago apalagi kalau dapet izin "Ngebut Dek". "Jam 10an Dek, Abi masih ngisi pengajian dulu", "Emang Abi mau kemana sih, kok terbanya malem banget ?" Tanya anak sulungku Nargis, baru pulang kerja. "Abi mau ke Ternate Kak", "Ngapain sih Bi ? Seminar ya ?" "Nggak mau berenang doang" jawabku iseng. Ya terbangnya dini hari pukul 01.00.
Dua hari ini saya fokus membaca karya Bulus al-Khuri yang memang saya tunggu-tunggu, berjudul “al-tafsir al-masihi lil-quran” (tafsir Kristen atas al-Quran). Saya harus akui, menunggu kedatangan buku ini memang worth it, alias pantas ditunggu. Dengan kata lain, tidak mengecewakan.
Menjalankan perintah syariah, baik yg mahdhah maupun yg ghayr mahdhah sebetulnya bagian dari kita menyesuaikan diri dg "tarian" alam semesta, menari bersama tarian alam semesta.
Karena sesungguhnya kita adalah bagian dari alam semesta yg tunggal. Bahkan bagian dari Wujud Tunggal itu sendiri - yakni, Allah Swt, yang membentangi (al-waasi') dan meliputi (al-muhith) seluruh alam semesta.
Ada sebuah kisah menarik tentang Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh seorang laki-laki bernama Tsauban yang mengatakan, "Kami berada di kuburan bersama Rasulullah Saw. Rasulullah berhenti lalu pergi, kemudian berhenti lagi. Aku bertanya, "Ya Rasulullah..! Mengapa engkau berbuat demikian?"
Beberapa waktu lalu saya ditanya: shalat Syiah dan Sunni, bedanya dalam hal apa saja? Kemudian saya jawab dengan pengetahuan seadanya, yang berasal dari pengajian dan buku-buku yang saya baca.
Ustadz Jalaluddin Rakhmat dalam sebuah pengajian
menyebutkan bahwa Imam Khomeini membolehkan pengikut Muslim Syiah untuk shalat
jamaah dengan imam shalat dari Ahlussunah. Orang Islam yang beraliran Syiah kemudian shalat dengan
cara Sunni (Ahlussunah) diperbolehkan dan tetap sah. Tidak tahu kalau sebaliknya. Orang Sunni shalat dengan cara shalat fikih Syiah, apakah boleh? Ini perlu dirujuk kepada Mufti atau ulama otoritatif dari setiap mazhab fikih dalam Ahlussunnah.
Saya juga melihat dalam siaran langsung shalat idul fitri tahun 2012/1433 di Masjid Istiqlal Jakarta, yang pada barisan depan terdapat Duta Besar Iran yang shalat idul fitri dengan tangan lurus ke bawah. Kita tahu pada idul fitri di Istiqlal, imam dan khatib dipimpin oleh orang-orang Sunni, termasuk presiden menjadi makmumnya.
Mengapa Harus Mencontoh Ali?
Ada dua jawaban: yang sederhana dan yang sulit. Pertama, yang sederhana. Dari manakah kita belajar sunnah Nabi? Jawabnya, dari para sahabat. Dari ‘Aisyah ra., kita tahu bahwa Rasulullah saw. menangis ketika melakukan shalat malam sampai janggut beliau menjadi basah. Dari Umar ra., kita tahu kalau Nabi saw. berbaring pada tikar yang kasar sehingga tikar itu meninggalkan bakas pada wajahnya. Dari Ibnu ‘Abbas ra., kita tahu kalau Rasulullah saw. pernah menjama’ shalat Zuhur dan Asahr di Madinah bukan karena sakit, bukan karena bepergian, dan bukan karena hujan. Hanya melalui ucapan dan perilaku sahabatlah kita dapat meneladani sunnah-sunnah beliau.
Tasawuf: Mazhab Cinta
Cinta dan kerinduan, mahammad dan ‘isyq, adalah inti keberagamaan yang disebut tasawuf. Apa arti cinta? Dalam bahasa Arab, cinta disebut hubb. Kata Abdurrahman Al-Sulami, seorang sufi besar abad ke-5, “Hubb terdiri dari dua huruf, ha dan ba’. Ha adalah huruf akhir pada ruh, dan ba’ adalah huruf awal pada kata badan. Badan menjadi ruh tanpa badan. Badan menjadi badan tanpa ruh. Segala sesuatu bisa dijelaskan kecuali cinta. Cinta itu terlalu lembut dan terlalu halus untuk diterangkan. Karena itulah, Allah Swt. menciptakan malaikat untuk berkhidmat, jin untuk kekuasaan, setan untuk laknat, dan menciptakan para arif untuk cinta.” Saya juga tidak mengerti apa yang dimaksud Al-Sulami. Simpanlah ini untuk bahan renungan Anda.
Apa sebetulnya tarekat itu? Mengapa pula kita harus membahas tarekat Ahlul Bait? Sebelumnya, saya akan berbicara tentang tarekat. Tarekat itu sendiri berhubungan erat dengan tasawuf. Kalau kita bicara tarekat, maka kemudian kita akan dibawa dan diantar orang menuju tasawuf. Karena itu, kita akan membicarakan tasawuf lebih dahulu.
Mungkin banyak orang mengenal Imam Al-Ghazali melalui karya monumental-nya Ihya' 'Ulūmiddin, panduan tasawwuf paling komprehensif dalam dunia Suluk di kalangan para Pesuluk, atau melalui karya-karya berharga beliau lainnya. Tetapi tidak banyak yang mengenal bahwa Imam Al-Ghazali juga menulis buku berjudul Sirru Al 'Alamain.
Secara umum manusia akan mengalami satu dari dua keadaan;
Suatu hari di angkot saya bertemu seorang pengamen yang mengaku dulunya ustadz. Namun ia menjadi tidak suka dengan Tuhan karena ia tidak diberi jodoh. Akhirnya ia hidup melajang sampai detik itu dan menjadi benci kenapa tidak ada wanita satupun yang mau menjadi istrinya.
Saya terkejut dan saya seperti melihat mimpi buruk saya, karena saya juga jelek jelek adalah ustadz juga untuk sedikit jamaah. Saya khawatir apa yang dialaminya akan saya alami juga jika saya mulai putus asa dengan Tuhan. Meskipun saya sudah menikah, tapi mungkin saja saya kurang bersyukur dengan karunia lain, lalu saya menggugat Tuhan seperti yang dilakukan mantan ustadz ini.
Saya beberapa kali menyaksikan jenis kenalan satu dua orang anak anak SD dan SMP. Pertama anak SD yang membuli temannya dan meludahi dari jarak jauh tapi hampir mengenai anak anak perempuan. Kedua seorang anak yang entah kenapa menjadi tersinggung dan membawa pisau untuk mengancam anak anak yang lain. Ketiga saya melihat satu anak yang ingin mencuri barang barang di perumahan yang sepi sambil mengintip kamar mandi sebuah rumah.
Mencoba mencari jawab: Kenapa orang-orang yang wafat karena wabah disebut Nabi saw sebagai syuhada. Juga yang tenggelam, dan menjadi korban gempa. Karena mereka adalah collateral damage (korban tak bersebab-langsung, biasa disebut korban tak berdosa) dari bencana alam yang ditakdirkan Allah Swt.
Sebagian saudara-saudara Muslim kita merasa gagah dan sudah membela Allah dan Islam jika ngomong keras, bahkan kasar, kepada orang-orang yang mereka anggap tidak beragama dengan baik. Pertama, anggapan mereka belum tentu benar. Kedua, Nabi saw, sang teladan terbaik (uswah hasanah), justru memiliki sifat sebaliknya. Beliau lemah lembut: